4.30.2012

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ARTIKULASI DI SLB B KARNNAMANOHARA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ARTIKULASI
DI SLB B KARNNAMANOHARA
LAPORAN OBSERVASI

Dosen pengampu: Hermanto Sp, M.Pd

Disusun oleh:
NAMA            : ERIC SUWARDANI
           NIM                : 08103244029

PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Artikulasi sering disebut dengan bina wicara atau terapi wicara. Bina wicara berarti upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan rangkaian bunyi bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi/tutur kata/bicara. Pengertian artikulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1) lafal, pengucapan kata. 2) perubahan rongga dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bahasa.
Bina wicara juga berarti membangun/membentuk dan mengusahakan wicara atau bunyi bahasa agar semakin baik dan jelas. Anak yang sudah belajar bina wicara akan dapat berbicara dengan jelas dan tepat. Lawan bicara dapat memahami maksud yang disampaikan oleh anak tunarungu. Anak yang berhasil dapat berkomunikasi dan berintegrasi dengan orang yang berpendengaran normal.
Anak tunarungu sering salah melafalkan atau mengucapkan kata pada waktu berbicara atau membaca. Untuk mengatasinya anak tersebut perlu mengikuti pelajaran artikulasi. Anak tersebut harus diberikan speech correction yaitu pembetulan fonem-fonem. Bagi SLB yang belum punya guru artikulasi, setiap guru diwajibkan mampu membetulkan dan emmbina ucapan muridnya sehingga murid dapat berbicara dengan benar dan jelas.
Pada waktu membina wicara, guru tidak hanya dituntut membetulkan fonem-fonem, guru juga harus membangun fonem anak tersebut (speech building). Guru artikulasi juga harus mampu bertindak sebagai artikulator. Pelajaran artikulasi sebaiknya dilakukan secara khusus di ruang sendiri dan tiap-tiap anak mendapatkan giliran untuk belajar artikulasi. Pelajaran artikulasi sebaiknya dimulai sejak dini, yaitu pada waktu anak pertama kali masuk sekolah.

1.2              RUMUSAN MASALAH
Hal yang menjadi rumusan dalam laporan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara?
2.      Distribusi materi artikulasi di SLB B Karnnamanohara?

1.3              TUJUAN
Hal yang menjadi tujuan dalam laporan ini yaitu sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara.
 

BAB 2
LAPORAN HASIL OBSERVASI

2.1       GAMBARAN UMUM SLB B KARNNAMANOHARA
            SLB B Karnnamanohara yang beralamat di Jalan Pandean 2 Gang Wulung Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, bergerak dalam pelayanan pendidikan bagi penyandang tunarungu. Anak-anak yang dilayani mulai dari usia 1,8 tahun dengan kelompok play group dan saat ini sudah ada kelompok taman kanak-kanak dan sekolah dasar. SLB B Karnnamanohara berstatus sekolah swasta dengan sistem pembelajaran full day (08.00-15.00). segala biaya operasional dan investasi hampir seluruhnya swadaya murni, walaupun ada sifatnya bantuan dari pemerintah propinsi dan pusat, tetapi tidak bisa diandalkan untuk mendapatkannya.
            Anak-anak yang dilayani pendidikannya menggunakan metode ora-aural, artinya anak-anak dibimbing untuk sedapat mungkin (berkomunikasi) dengan cara berbicara dan menangkap pembicaraan orang lain, tidak dengan isyarat/memakai keduanya (KOMTAL). Oleh karena itu pembelajaran bina wicara sangat ditekankan di SLB B Karnnamanohara.

2.2              PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ARTIKULASI
            Pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara dilaksanakan dengan dua sistem yaitu:
1.      Sistem klasikal (dilaksanakan oleh setiap guru masing-masing kelas)
Pembelajaran dengan sistem klasikal ini dilaksanakan setiap hari dengan durasi sekitar 0-15 menit. Latihan artikulasi dilaksanakan cukup didalam kelas masing-masing. Dalam memulai pembelajaran artikulasi guru biasanya membuka dengan mengaitkan apa yang dibawa anak. Misal: guru ingin mengajarkan artikulasi konsonan “b” maka guru mengaitkan dengan barang yang dibawa anak “buku” dilanjut “bbb” “bbbbbb” “bababa........dst. selain mengaitkan dengan barang yang dimiliki anak guru biasanya memulai dengan nama siswa yang kebetulan ada konsonan yang dimaksud. Awal pembelajaran artikulasi sangat sederhana tapi cukup menyenangkan. Siswa menjadi terbiasa untuk melatih organ bicaranya supaya lancar dalam berkomunikasi.
2.      Sistem individual ( dilaksanakan oleh guru khusus artikulasi)
Sistem individual ini pelaksanaannya langsung diampu oleh guru artikulasi. Secara bergilir siswa diberikan pembelajaran artikulasi individual. Setiap siswa pembelajaran berlangsung selama 0-15 menit. Guru artikulasi selalu membuat catatan perkembangan anak sekiranya apa yang sudah bisa dan yang belum bisa untuk tetap dilanjutkan ke kelas selanjutnya. Di ruangan artikulasi terdapat alat-alat arrtikulasi seperti speech trainer, spatel dan cermin. Teknik mengawali pembelajaran artikulasi tidak jauh berbeda dengan teknik yang di lakukan pada sistem klasikal. Pembelajaran diawali dengan percakapan sederhana. Setelah itu apabila ternyata ada artikulasi yang belum benar langsung dilatihkan. Misalnya: tadi berangkat dengan siapa? Misal jawabannya “mama” namun anak mengucapkannya tidak “mama” yang benar. Nah, dari sinilah guru memulai pembelajaran artikulasi dengan tetap mengacu pada distribusi materi bina wicara (artikulasi) di SLB B Karnnamanohara.
                  Pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara diberikan di semua tingkat yaitu kelas latihan, taman sampai Sekolah dasar. Pembelajaran diberikan terus sampai artikulasi anak baik dan benar. Meskipun sudah tingkat sekolah pertama seandainya artikulasi belum baik akan tetap diberikan karena ini termasuk ke dalam program visi misi SLB yaitu anak mampu berkomunikasi dengan baik.

2.3              DISTRIBUSI MATERI ARTIKULASI
Latihan-Taman
Dasar Kelas 1-3
Dasar Kelas 4-5




1.      Suprasegmental
Suara, irama, tekanan, kelancaran kata, kelompok kata dan kalimat pendek (subyek, predikat)

2.      Segmental
Konsonan bilabial
/p/ /b/ /m/ /w/
Konsonan dental alveolar /t/ /d/ /n/ /l/ y/

3.      Vokal
/a/ /i/ /o/ /u/ /e/ /ð/

4.      Taraf pembentukan


Semua materi yang diberikan di latihan taman ditambah

1.      Suprasegmental
Suara, irama, tekanan, kelancaran, kata, kelompok kata dan kalimat (subyek, predikat, obyek)

2.      Segmental
Konsonan labiodental /f/
Dental alveolar /s/
Palatal /c/ /j/ /ny/
Velar /k/ /g/

3.      Vokal
/a/ /i/ /0/ /u/ /e/ /ð/

4.      Taraf pembentukan dan perbaikan
Semua materi yang diberikan di latihan taman dasar 1-3 ditambah dengan

1.      suprasegmental
suara, irama, tekanan, kelancaran, intonasi, tempo
kata, kelompok kata dan kalimat SPOK

2.      segmental
konsonan dental alveolar /z/ /r/
palatal /sy/
velar /ng/
glotal /h/

3.      vokal diftong
/a/ /i/ /o/ /u/ /au/ /ao/

4.      Taraf  pemantapan dan penyadaran

TAHAPAN ARTIKULASI
1.      PRAWICARA
-          Keterarahan wajahan
-          Keterarahan suaraan
-          Kematangan organ artikulasi (asesmen motorik mulut)
~ gigi
~ lidah
~ langit-langit
~ bibir
Bentuk latihannya:
# menjilat
# meniup
# menyedot
# menjulur
# mengunyah
# menggigit
2.      PEMBENTUKAN
-          Konsonan Bilabial
-          Konsonan Dental Alveolar
-          Konsonan Labiodental
-          Konsonan Palatal
-          Konsonan Velar
-          Konsonan Glotal
3.      PERBAIKAN (misal: bukan m tapi p)
4.      PEMANTAPAN (pengulangan misal: p p p pp pp ppp.....)
5.      PEMBINAAN (membaca dan didengarkan)


BAB 3
PENUTUP

3.1              KESIMPULAN
            Beberapa kesimpulan yang didapat dari laporan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara yaitu sebagai berikut:
-          Pelaksanaan pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara sudah baik. Pembelajaran mengacu pada teori artikulasi yang sudah ada.
-          Distribusi artikulasi tersusun sesuai dengan tingkat kelas anak dan berkelanjutan.

3.2              SARAN
        Setelah menyimpulkan hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran artikulasi di SLB B Karnnamanohara, ada beberapa saran guna proses pembelajaran yang lebih optimal yaitu sebagai berikut:
-          Pembelajaran artikulasi diintensifkan lagi.
-          Alat-alat untuk artikulasi diperlengkap.
-          Jalin kerjasama dengan pihak orangtua supaya anak senantiasa belajar artikulasi yang baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

            http://rozarumaisho.wordpress.com/

PROGRAM LATIHAN SENSOMOTORIK JENJANG TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA

Nama   : ERIC SUWARDANI
NIM    : 08103244029
Prodi   : PLB B
MK      : SENSOMOTORIK


PROGRAM LATIHAN SENSOMOTORIK
JENJANG TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA

KEADAAN ANAK
Anak pada jenjang ini berusia sekitar 3 sampai 6 tahun dengan usia mental berkisar 2 sampai 4 tahun (ATG ringan). Keadaan fisiknya terutama dalam hal koordinasi motorik belum matang, demikian pula dengan kemampuan persepsinya. Dalam hal sosialisasi maupun emosi anak ini masih mengalami keterbatasan misalnya masih belum bisa lepas dengan situasi rumah atau dari bantuan orang dewasa.
TUJUAN
            Berdasar kondisi anak tersebut diatas maka tujuan dari program latihan sensomotorik ini bertujuan:
1.      Untuk melatih koordinasi gerak baik itu motorik kasar maupun halus.
2.      Untuk melatih kemampuan persepsi.
3.      Untuk mengembangkan kemampuan bicara.
4.      Untuk mengenal perbedaan situasi rumah dan sekolah.
5.      Untuk melatih gerakan dasar yang sederhana.
MATERI LATIHAN
a.       Sensori Motor
Pengembangan otot-otot, fungsi mata, telinga, dan pengertian.
FREKUENSI LATIHAN
Untuk frekuensi masing-masing latihan minimal seminggu 3 kali. Karena semakin sering anak dilatihkan semakin baik perkembangan motorik dan sensorisnya.


BENTUK LATIHAN
a.       Menendang bola
Bahan: tiap anak mendapat satu bola dan balok-balok.
Penyajiannya:
-          Setiap anak diberi bola dan ditempatkan di depannya.
-          Anak disuruh untuk menendang bola itu. Bila anak belum dapat menendangnya maka guru membimbingnya dengan jalan menyentuh bola dahulu, kemudian bola itu dicoba untuk menendangnya.
-          Bola ditempatkan mula-mula dengan jarak 1 meter. 2 meter dan akhirnya makin jauh.
-          Anak disuruh untuk menendang bola agar mengenai balok yang ditempatkan di depannya.
b.      Berjalan pada tali
Bahan: seutas tali baik itu dari plastik, karet maupun ijuk.
Penyajiannya:
-          Anak berdiri dengan baik. Di depannya ada seutas tali.
-          Anak disuruh jalan di atas tali. Jadi anak harus menginjak tali.
-          Jika anak telah mampu melakukan itu maka tali dapat dibengkokkan letaknya.
c.       Mendorong bola
Bahan: bola karet atau plastik, tongkat dari kayu atau rotan yang panjangnya kira-kira 1 meter.
Penyajiannya:
-          Anak diberi bola dan disimpan di depannya.
-          Anak memegang tongkat dan mendorong bola itu.
-          Anak mendorong bola ke semua arah jagalah jangan sampai ada bentrokan (dibuat jalur-jalur)
-          Bila ia sudah dapat mendorongnya maka diberi jarak 1 meter, 2 meter, dan seterusnya.
-          Jika anak dapat melakukannya hal itu maka diberi tanda misalnya dipasang bendera.
d.      Melempar bola
Bahan: tiap anak mendapat satu bola, balok
Penyajiannya:
-          Anak disuruh memegang bola dan memperhatikan balok yang ada didepannya.
-          Anak disuruh melempar saja.
-          Bila ia telah dapat melempar maka bola dilempar ke arah balok yang telah disediakan.
-          Bila anak belum dapat melakukannya maka anak dapat dilatih membawa bola ke arah balok itu.

e.       Memasukkan balok-balok ke kotak
Bahan: balok-balok dengan bermacam bentuk atau warna, kotak
Penyajiannya:
-          Anak memegang balok-balok itu dan memasukkannya ke dalam kotak.
-          Balok-balok yang ada di depannya dimasukkannya ke dalam kotak sampai habis.
-          Bila anak telah dapat melakukannya maka balok-balok itu harus disusun secara teratur dalam kotak.
f.       Membuat menara dari balok-balok
Bahan: papan bundar dilubangi, dan bentuk bundar yang dipasang tiang.
Penyajiannya:
-          Anak memegang balok bentuk bulat yang telah dilubangi.
-          Anak memasukkan bentuk itu pada tiang yang telah disediakan.
-          Bila anak telah dapat melakukan itu maka latihan ditingkatkan dengan memberi warna-warni pada balok itu sehingga saat memasukkannya dapat kita minta ia memasukkan warna tertentu.