PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
ANAK
TUNADAKSA
Dosen pengampu: Dra. Sari
Rudiyati, M.Pd
Disusun oleh:
Mila Emi 08103244002
Apriyani 08103244006
Puji Isti 08103244008
Nuri Afriana 08103244012
Eric Suwardani 08103244029
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu klasifikasi anak tunadaksa adalah disebabkan
oleh gangguan neurologis. Anak tuna daksa pada kelompok ini mengalami gangguan
gerak dan kebanyakan dari mereka mengalami gangguan kecerdasan dan sering
disebut neurologically handicapped atau secara khusus mereka disebut penyandang
cerebral palsy. Anak tunadaksa kelompok ini membutuhkan layanan pendidikan luar
biasa. Namun fenomena yang ada, anak yang mengalami CP banyak yang belum
mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dalam
lingkungan masyarakat, kondisi seperti ini sudah tidak asing lagi, banyak dari
anak-anak normal sekalipun banyak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan. Apalagi
bagi mereka yang dipandang dan dianggap tidak normal dan tidak memiliki
potensi. Meskipun tanpa
adanya fakta yang menunjukkan.
Untuk mengetahui potensi dan kelebihan anak CP, perlu
adanya identifikasi. Identifikasi merupakan suatu penilaian tentang kebutuhan
anak didik untuk menempatkannya dalam program-program pendidikan sesuai dan
dalam rangka mengembangkan potensinya. Hasil dari identifikasi ini sebagai
dasar dalam asesmen. John Salvia & James E Ysseldyke (1981) mendefinisikan
istilah asesmen sebagai suatu proses untuk menentukan dan memahami penampilan
individu dan lingkungannya. Asesmen sebagai suatu proses, selalu meliputi kegiatan
evaluasi dan interpretasi, baik yang dilakukan oleh orangtua, guru, maupun
personel sekolah lainnya. John Salvia & James E Ysseldyke lebih lanjut
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan asesmen, penampilan individu siswa yang
dinilai tidak terbatas pada penampilan dan atau tugas yang dilakukan saat itu,
melainkan juga semua riwayat dan karakteristik anak yang berpengaruh terhadap
perbuatan atau pelaksanaan tugas, serta factor-faktor yang melekat pada diri
anak.
Hasil asesmen akan menjadi bahan masukan dalam menyusun
program khusus bagi anak berdasarkan jenis keterampilan dan kemampuan serta
potensi yang dimiliki anak. Program layanan yang diberikan pada anak CP, salah
satunya dengan IEP bagi yang disekolah, meskipun demikian fenomena yang
menunjukkan bahwa sebagian guru tidak mempertimbangkan hasil asesmen sebagai
dasar pendidikan yang diberikan anak. Hal ini menunjukkan bahwa kenyataannya
IEP tidak dibuat oleh guru disekolah. Berbeda dengan studi kasus yang
dilakukan, bahwa anak belum pernah mendapatkan layanan pendidikan hingga
sekarang berusia 14 tahun. Melihat fakta dilapangan ini, tim memutuskan untuk
membuat IEP sendiri sebagai tindak lanjut asesmen setelah dilakukan
identifikasi.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
IEP yang dapat diberikan kepada anak CP sesuai studi kasus?
C.
Tujuan
Mengetahui
IEP yang dapat diberikan kepada anak CP sesuai studi kasus.
D.
Manfaat
Bagi calon
pendidik sebagai contoh membuat IEP yang sesuai dengan kondisi peserta didik
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Cerebral Palsy
1.
Pengertian
Cerebral palsy
adalah suatu gangguan atau kelainanyang terjadi pada suatu kurun waktu dalam
perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifat kronik dan tidak progresif
akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Walaupun lesi serebral bersifat statis
dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan
berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini
adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral
diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William
Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy,
sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral
Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui
untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya
gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.
Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam penanganan
penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru
sekolah luar biasa. Di samping itu
juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
2.
Faktor penyebab Cerebral
Pals
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam
tiga periode yaitu:
a. Pranatal :
1)
Malformasi kongenital.
2)
Infeksi dalam kandungan
yang dapat menyebabkan kelainanjanin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis,
sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
3)
Radiasi.
4)
Tok gravidarum.
5)
Asfiksia
dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal,
atau tali pusat yang abnormal).
6)
Keguguran yang sering
dialami ibu
7)
Trauma
atau infeksi pada waktu kehamilan
8)
Usia
ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
b. Natal :
1)
Anoksialhipoksia.
2)
Perdarahan intra
kranial.
3)
Trauma lahir.
4)
Prematuritas.
5)
Penggunaan
alat-alat pada waktu proses kelahiran yang sulit misalnya : tang, tabung,
vacum, dan lain-lain.
c. Postnatal :
1)
Trauma kapitis.
2)
Infeksi misalnya:
meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis.
3)
Kern icterus.
4)
Penyakit Tuberculosis
5)
Radang selaput otak
6)
Radang otak
7)
Keracunan arsen atau
karbon monoksida
Beberapa penelitian
menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan dari pada faktor
pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi
dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor
genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor
penyebab cerebral palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi
sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang
menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.
Sedang1 faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun
(Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982),
atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964).
3.
Klasifikasi Anak
Cerebral Palsy
a.
Cerebral Palsy ditinjau
dari ditinjau dari jumlah anggota badan yang berkelainan dan keluasan kerusakan
pada jaringan otak sebagai berikut :
1). Kelumpuhan pada satu anggota gerak
Penyandang CP jenis ini
biasanya disebut monoplegia. Kelumpuhan
itu pada satu tangan, atau paa salah satu kaki. Dapat tangan kanan atau tangan
kiri, dan dapat pula kaki kanan atau kaki kiri saja. Jadi pada anggota gerak yang
tidak mengalami kelumpuhan keadaannya sehat atau berfungsi sebagaimana fungsi
tangan atau kaki orang normal.
2). Kelumpuhan pada dua anggota gerak
Penyandang CP
jenis ini termasuk diplegia atau hmiplegia atau paraplegia. Kelumpuhan
yang terjadi pada dua kaki disamping dapat disebut penyandang Diplegia juga
disebut penyandang paraplegia. Sedang kelumpuhan yang terjadi pada separuh
anggota gerak secara vertical, yaitu pada satu tangan dan satu kaki pada
sebelah kiri tubuh atau sebelah kanan tubuh disebut hemiplegia.
3).
Kelumpuhan pada tiga anggota gerak
Anak CP yang memiliki
atau mengalami kelumpuhan pada tiga anggota gerak yang dapat terjadi pada dua
tangan dan satu kaki, atau pada kedua kaki dan satu tangan. Penderitanya
termasuk triplegia.
4).
Kelumpuhan pada keempat anggota gerak
Penyandang CP mengalami
kelumpuhan pada keempat anggota gerak atau pada seluruh anggota
gerak, termasuk jenis tetraplegia atau quadriplegia.
b.
Cerebral Palsy ditinjau
dari gejala pergerakan otot
1).
Gerakan otot yang kaku (regid)
Penyandang
CP yang miliki gerakan otot yang kaku bila ia sedang berjalan, maka gerakannya
mirip dengan gerakann otot, geraknya lambat, bertahan-tahan dan keliahatn
sangat sulit. Kekakuan otot ini tidak hanya tampak pada anggota gerak, tetapi
juga saat ototnya diraba,akan dirasakan benda yang keras, tidak lembek seperti
daging. Soeharso (1982) dalam AlSalim halaman 22 mengibaratkan
penyandang CP tipe ini geraknya seperti mesin yag tidak ada oli atau gemuk, dan
setiap gerak yang dilakukan tertahan-tahan seperti ada rem, gerakannya selalu
tidak dapat lemah dan tidak dapat halus dan tidak cepat.
2).
Ada kekejangan otot (spastic)
Istilah
spastic lebih sering dipergunakan dari pada istilah kejang, kekejangan otot
timbul terutama saat akan digerakkan misalnya persendiannya tiba-tiba akan
dibengkokkan, maka otot-otot yang berlawanan berkontradiksi, sehingga sulit
dibengkokkan.
Kejangnya
otot akan hilang atau berkurang pada saat anak dalam keadaan tenang misalnya
saat anak tidur. Sebaliknya kekejangan otot akan semakin menguat saat anak
dalam keadaan terkejut, marah, dan takut. Maka cara terbaik dalam melatih dan
mendidik anak tipe spastic dimulai dengan menciptakan suasana teman,
pelan-pelan, sabar, dan dalam lingkungannya yang dapat membuat anak merasa
senang.
3).
Ada gerakan yang tidak disadari (atetoid)
Penyandang
CP atetoid memiliki gejala-gejala gerakan yang tidak disadari atau tidak
dibawah perintah, tidak terkontrol serta menunjukkan gerakan-gerakan memutar.
Gerakan yang tidak disadari ini dapat timbul setiap saat dan sangat sulit
mencegahnya. Gerakan tersebut terjadi pada tangan atau kaki, bibir, mata,
lidah, dan sebagainya.
4). Ada gangguan koordinasi dan keseimbangan (ataxia)
Penyebab
ataxia adalah adanya kerusakan dalam otak kecil atau cerebellum. Penyandang ini
sering disebut Cerebellar Ataxia atau Ataksia Serebelar. Bila lokasi
kerusakannya pada jempatan varol atau sumsum lanjutan maka penyandangnya
disebut Bulbar Ataxia atau Ataksia Bulbar. Penyandang CP ini ataksia
seakan-akan kehilangan perasaan keseimbangan tidak adanya koordinasi dan
hipotani (berkurangnya tonus / berkurangnya tegangan).
5).
Ada gerekan gemetar (tremor)
Istilah
Tremor berasal dary bahasa Latin, yang dalam bahasa Indonesia berarti gemetar,
yaitu gerakan halus yang biasanya ada pada tangan atau jari-jari tangan. Pada
penyandang CP tipe tremor, dimungkinkan diakibatkan oleh perusakan otak pada
daerah ganglia basal, dengan sifat kontraksi yang secara terus menerus dan
bergantian (missal pergantian antara gerak feksi dengan ekstensi).
6).
Gejala gangguan gerak campuran
Selain
kelainan yang telah di uraikan di atas, ditemukan pula penyandang CP yang
menunjukkan gejala-gejala gerak campuran.yang mengalami dua atau lebih
gangguan, misal regid dengan spastic.
c.
Karakteristik Penyerta
Pada Anak CP
Telah
diketahui bahwa letak kelainan penyandang CP berada di otak. Dimana terdapat
kerusakan atau luka. Dengan demikian mudah dimengerti bahwa berat ringanya
kelainan tergantung pada luas atau tidaknya kerusakan-kerusakan yang ada di
otak. Selain itu kalainan yang disandang tergantung bagian mana dari otak
tersebut yang mengalami kerusakan, misalnya ada kelainan yang hanyameliputi
pada gerak, sedang pancara indra tidak berkelainan. Akan tetpi dapat juga
terjadi bahwa kerusakan-kerusakan di dalam otak meliputi juga puasat-pusat fungsi
pancara indar, sehingga terdapat kelainan yang mengenai;
1)
Penglihatan
2)
Pendengaran
3)
Perasaan, dan Lain-lain
2)
Karakteristik Anak
Cerebral Palsy
a)
Ketika baru lahir bayi
dengan cerebral palsy sering kali lemah dan terkulai, atau tidak nampak
kenormalan.
b)
Ketika bayi lahir tidak
bernafas dengan cara yang benar, dan mengalami perubahan warna menjadi
biru dan terkulai, keterlambatan bernafas adalah tanda-tanda kerusakan pada
otak.
c)
Keterlambatan
berkembang, bandingkan dengan anak-anak desa yang normal, anak lambat dalam
menegakkan kepala, untuk duduk, atau bergerak ke sekeliling.
d)
Anak dengan tanda CP
dia tidak menggunakan tangannya. Atau dia hanya menggunakan satu tangan dan
tidak memulai untuk menggunakan dengan kedua tangannya.
e)
Problem dalam makan,
bayi memiliki kesulitan dengan menghisap, menelan, dan mengunyah. Bayi
mudah tercekik dan tersumbat/muntah.Beberapa anak mengalami masalah makan lebih
besar dan kontinyu.
f)
Mengalami
kesulitan perawatan diri pada bayi dan anak-anak. Tubuh anak mengalami kekakuan
ketika mengangkat, berpakaian atau mandi, atau selama bermain. Nanti anak-anak
tidak mau belajar bagaimana makan atau berpakaian sendiri, untuk mandi, memakai
toilet, atau bermain dengan anak-anak yang lain.ini memungkinkan tejadi
kekakuan tubuh secara mendadak atau mengalami kelemahan ‘anak bisa jatuh dimana
saja’.
g)
Bayi bisa menangis
dalam jangka waktu yang lama dan kelihatan rewel atau ‘lekas marah’. Atau bayi
bisa sangat diam atau pasif dan bisa tidak pernah menangis atau tersenyum.
h)
Kesulitan
berkomunikasi. Bayi tidak memiliki respon atau reaksi seperti bayi
lakukan.sebagian disebabkan karena kelemahan, kekakuan atau kekurangan gerakan
lengan, atau control otot muka. Juga anak mengalami keterlambatan dalam memulai
berbicara. Nantinya anak mengalami perkembangan ketidakjelasan berbicara atau
kesulitan berbicara.
i)
Sebagian orang tua
mengalami kesulitan untuk mengetahui secara tepat keinginan anak, mereka
mencari cara bagaimana memahami keinginan anak. Pada awalnya anak akan menangis ketika meminta sesuatu,
dengan memberi tanda dengan tangan, kaki atau mata.
j)
Kecedasan,
beberapa anak kelihatan bodoh karena mereka lemah, pincang dan lambat
dalam bergerak. Yang lain kadang bergerak sangat cepat dan janggal mereka
kelihatan bodoh.wajah mereka aneh atau mereka banyak mengeluarkan air liur
karena ada kelemahan otot-otot wajah atau kesulitan dalam menelan. Ini
bisa menyebabkan intelegensi anak kelihatan mengalami keterlambatan mental.
k)
Tentang sebagian anak
dengan CP mengalami keterbelakangan mental, tetapi ini jangan didiagnosa
terlalu didini. Anak membutuhkan bantuan dan latihan untuk memperlihatkan
bagaimana seharusnya anak.
l)
Orang tua bisa memberi
pengertian bahwa anak mampu melakukan lebih dalam segala hal.
m)
Sesuai dengan (epilepsy,
seizures, convulsions) terjadi pada beberapa anak dengan cerebral palsy.
n) Gangguan tingkah laku,
mendadak mengalami perubahan perasaan dari ketawa ke menangis, ketakutan,
dan gangguan tingkah laku yang lain yang dinampakkan. Ini
berakibat rasa frustasi pada anak karena tidak bisa melakukan apa yang dia
inginkan dengan tubuhnya. Kerusakan
otak mempengaruhi tingkah laku.
o)
Sensasi
sentuhan, nyeri, panas, dingin dan posisi tubuh, tidaklah hilang.Anak memilki
gangguan control gerak pada tubuh mereka dan gangguan dengan keseimbangan. Karena
mereka mengalami kerusakan otak, mereka mengalami kesulitan belajar tentang
berbagai hal.
p)
Ketidaknormalan refleks. Bayi pasti memilki ‘refleks
dini’ atau gerak tubuh otomatis yang normal dapat bergerak pada minggu atau
bulan pertama kehidupannya.
Seseorang dengan cerebral palsy mungkin menunjukkan satu atau lebih dari efek berikut:
• keketatan otot atau kelenturan
• gangguan dalam kecepatan atau mobilitas
•
gerakan disengaja
•
sulit menelan dan masalah dengan pidato
Seorang
individu dengan cerebral palsy mungkin
juga menunjukkan:
• kesulitan dalam menyusui
• penurunan penglihatan, pendengaran atau wicara
• abnormal sensasi dan persepsi
• kejang
• kesulitan dengan kandung kemih dan usus kontrol
• keterbelakangan mental
• ketidakmampuan belajar
• masalah dengan pernapasan karena postural kesulitan
• gangguan kulit karena sakit tekanan
B. ASESMEN
1.
Pengertian
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk
membuat suatu pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan seorang anak.
(Salvia & Ysseldyke, 1985). Yang berfungsi untuk memperoleh informasi yang
lengkap sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
program bagi anak berkebutuhan khusus.
Assessment otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi
atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk
memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa
mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, asesmen
otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan
pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.
Dalam suatu proses pembelajaran, nyata. Dalam suatu proses pembelajaran,
penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar
(yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak
sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan
perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran
didalam kelas maupun siluar kelas.
Menurut
(Hart, 1994), asesmen otentik yaitu asesmen yang melibatkan siswa didalam
tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipe
asesmen otentik menurut Hibbard (2000) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi
dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5)
portofolio dan jurnal. Hal senada juga dijelaskan oleh David W. Johnson
dan Roger T. Johnson (2002) bahwa otentik asesmen meminta siswa untuk
mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam konteks dunia nyata.
Penilaian
otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian
otentik tidak lagi menggunakan format-format peniaian tradisional (multiple-choice,
matching, true-false, dan paper and pencil test),
tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu
tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu
masalah. Format penilaian ini dapat berupa: (a) tes yang menghadirkan
benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), (b)
tugas (tugas keterampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi
terintegrasi), (c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya: portofolio,
interview, daftar cek, dsb.
Pada
hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai
hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai factor yang lain, antara lain
kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan
informasi yang diperoleh dapat pula dipergunakan sebagai umpan baik penilaian
terhadap kegiatan yang dilakukan (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 4)
Asesmen
otentik menggambarkan kemampuan siswa, presentasi, motivasi, dan sikap, pada
kegiatan pembelajaran yang relevan, yang meliputi, asesmen performansi,
portofolio, dan asesmen diri).
Asesmen
otentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang
riil yang dibutuhkan siswa-siswa untuk dilaksanakan dalam menghasilkan
pengetahuan mereproduksi informasi. Sebagai contoh, dalam pembelajaran
matematika seorang siswa belumlah dikatakan belajar secara bermakna bilamana
dia belum mampu menggunakan rumus-rumus matematis yang dipelajarinya untuk
menyelesaikan suatu masalah sehari-hari, seperti ketika kita berbelanja. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran sangat perlu dilakukan asesmen otentik untuk
menjamin pembentukan kompetensi riil pada siswa.
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah: a)
melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan
dengan kehidupan nyata siswa, b) tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar,
bukan tes tradisional, c) melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
mencakup pengetahuan yang luas, d) menyadarkan siswa tentang apa yang harus
dikerjakannya akan dinilai, e) merupakan alat penilaian dengan latar standar (standar
setting), bukan alat penilaian yang distandarisasikan, f) berpusat pada
siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher
centered), dan g) dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya
belajar, dan latar belakang kulturnya.
Berikut
adalah prinsip-prinsip penilaian otentik. Proses penilaian harus merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah
dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems),
bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan criteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif,
afektif, dan sensiri-motorik).
Berdasarkan
uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif
dan inovatif sehingga dapat mengambangkan instrument untuk mengukur kemampuan
siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Hart (1994) kalau guru
mengubah cara mangakses siswa, maka guru juga akan penting untuk peningkatan
pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan mengubah bagaimana dia
mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya orang tua.
2. Bentuk Asesmen
Bentuk-bentuk asesmen
alternatif menurut O’Malley and Pierce (1996):
a. Asesmen
kinerja (Performance assessment)
b.Observasi
dan pertanyaan (Observation and Question), Presentasi dan Diskusi (Presentation
and Discussion).
c. Proyek/
Pameran (Project/ Exhibition)
d.
Eksperimen/ demonstrasi
(Experiment/ demonstration)
e. Bercerita
(Story or text reteling)
f. Evaluasi
diri oleh siswa (Self assessment)
g.Portofolio
dan jurnal.
3. Langkah-langkah Dalam Menerapkan Asesmen
Dalam menerapkan asesmen kinerja anda perlu memperhatikan beberapa
tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat
penilaian kinerja yang baik antara lain:
- Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
- Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan siperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
- Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
- Definisikan dengan jelas criteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.
- Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
4.
Tujuan Melakukan
Asesmen
-
untuk
mendiskripsikan dan mengklasifikasikan
-
untuk
membuat keputusan
-
untuk
menguji hipotesis
-
untuk
perencanaan program
-
untuk
evaluasi
C. INDIVIDUAL EDUCATION
PROGRAM
1. Pengertian
Sebuah IEP
adalah rencana tertulis yang menjelaskan program pendidikan khusus dan / atau
jasa yang dibutuhkan oleh siswa tertentu. Ini mengidentifikasi harapan
pembelajaran yang dimodifikasi dari atau alternatif dengan harapan yang
diberikan dalam dokumen kebijakan kurikulum untuk kelas yang sesuai dan subjek
atau program, dan / atau akomodasi dan layanan pendidikan khusus yang
diperlukan untuk membantu siswa dalam mencapai atau dia belajar harapannya.
Para IEP siswa yang tidak diubah alternatif atau harapan akan berfokus hanya
pada akomodasi dan jasa. IEP bukanlah rencana pelajaran harian
itemizing setiap detail dari siswa pendidikan.
IEP juga
membantu guru memonitor kemajuan siswa dan menyediakan kerangka kerja untuk
mengkomunikasikan informasi tentang kemajuan siswa kepada orangtua , dan kepada
siswa. IEP diperbarui secara berkala untuk merekam setiap perubahan program
pendidikan khusus mahasiswa dan layanan yang ditemukan diperlukan sebagai hasil
dari penilaian berkelanjutan dan evaluasi siswa pencapaian tujuan tahunan dan
harapan belajar.
IEP
mencerminkan dewan sekolah dan kepala sekolah komitmen untuk menyediakan
program pendidikan khusus dan layanan, dalam sumber daya yang tersedia untuk
dewan sekolah, diperlukan untuk memenuhi kekuatan diidentifikasi dan kebutuhan
siswa. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap
semua persyaratan yang dijelaskan dalam dokumen ini untuk pengembangan dan
pelaksanaan 'IEP siswa.
2. Tujuan IEP
a. Tujuan Standar
Untuk mengidentifikasi jelas untuk orang tua, staf sekolah, dan Departemen Pendidikan alasan untuk mengembangkan IEP untuk mahasiswa tertentu.
Untuk mengidentifikasi jelas untuk orang tua, staf sekolah, dan Departemen Pendidikan alasan untuk mengembangkan IEP untuk mahasiswa tertentu.
b. Persyaratan Standar
Sebuah IEP akan dikembangkan untuk salah satu alasan berikut:
Sebuah IEP akan dikembangkan untuk salah satu alasan berikut:
1)
Sebuah
IEP harus dikembangkan untuk setiap siswa yang telah diidentifikasi
sebagai murid yang luar biasa oleh Identifikasi, Penempatan, dan Review
Committee (IPRC), sesuai dengan Peraturan 181/98.
2)
Sebuah
IEP dapat dikembangkan untuk seorang mahasiswa yang belum secara resmi
diidentifikasi sebagai luar biasa, tetapi yang telah dianggap oleh papan untuk
memerlukan program pendidikan khusus atau layanan dalam rangka menghadiri
sekolah atau untuk mencapai harapan kurikulum dan / atau yang belajar harapan
dimodifikasi dari atau alternatif dengan harapan ditetapkan untuk tingkat kelas
tertentu atau kursus di sebuah dokumen kebijakan kurikulum provinsi.
3)
Sebuah
IEP harus dikembangkan, sebagai dokumentasi pendukung, jika Dukungan
Intensif Jumlah (ISA) klaim dana disampaikan oleh dewan sekolah atas nama
seorang mahasiswa yang belum diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC,
tetapi yang menerima program pendidikan khusus dan jasa.
Alasan berlaku untuk pengembangan IEP siswa harus ditunjukkan dalam IEP. Informasi berikut ini
harus disertakan dalam IEP:
1)
Siswa Nama lengkap
2)
Jenis kelamin
3)
Tanggal lahir
4)
Siswa nomor identifikasi (jika berlaku)
5)
Saat ini sekolah tahun
6)
Nama sekolah dan kepala
7)
Tanggal mahasiswa baru-baru ini IPRC sebagian besar (jika
berlaku)
8)
Siswa exceptionality
Untuk
mahasiswa diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC, deskripsi siswa
exceptionality harus konsisten dengan yang diberikan di IPRC pernyataan dari
keputusan, dan juga harus sesuai dengan kategori exceptionalities dan definisi
yang disediakan di Departemen's memorandum Pendidikan kepada Direksi Pendidikan
dan Dewan Sekolah Wewenang tanggal 15 Januari 1999. (Untuk siswa yang belum
diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC, pernyataan singkat yang
menggambarkan karakteristik siswa yang membuat program pendidikan khusus dan /
atau jasa yang diperlukan harus disediakan.
9)
IPRC keputusan penempatan (jika
berlaku)
Penempatan menunjukkan harus konsisten dengan penempatan
yang ditetapkan dalam IPRC pernyataan dari keputusan. (Pilihan dapat mencakup
penempatan di kelas reguler dengan atau tanpa dukungan penarikan yang
disediakan oleh guru pendidikan khusus yang berkualifikasi; penempatan dalam
sebuah kelas pendidikan khusus dengan integrasi parsial di kelas reguler, dan
penempatan dalam sebuah kelas pendidikan khusus untuk hari seluruh sekolah.)
10)
Siswa kelas saat ini dan / atau
penempatan pendidikan kelas khusus
11) Subjek atau kursus untuk
yang berlaku IEP
12) Kondisi medis yang relevan
Setiap
kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan siswa untuk menghadiri sekolah atau
untuk belajar harus terdaftar, bersama dengan dukungan layanan khusus kesehatan
terkait bahwa siswa membutuhkan pada dasar atau intermiten konstan.
13) Data penilaian yang
relevan
Tanggal, sumber, dan hasil atau rekomendasi dari penilaian yang relevan laporan yang disiapkan atau dilakukan oleh sekolah atau dewan staf atau lembaga di luar dan, di mana yang berlaku, dianggap oleh IPRC dalam menentukan exceptionality siswa dan penempatan harus diidentifikasi. Dasar pembebasan program sekolah atau sekunder program wajib sekolah substitusi
Program kursus atau pembebasan substitusi harus diidentifikasi, dan alasan pendidikan bagi mereka disediakan.
Tanggal, sumber, dan hasil atau rekomendasi dari penilaian yang relevan laporan yang disiapkan atau dilakukan oleh sekolah atau dewan staf atau lembaga di luar dan, di mana yang berlaku, dianggap oleh IPRC dalam menentukan exceptionality siswa dan penempatan harus diidentifikasi. Dasar pembebasan program sekolah atau sekunder program wajib sekolah substitusi
Program kursus atau pembebasan substitusi harus diidentifikasi, dan alasan pendidikan bagi mereka disediakan.
Kepala
sekolah harus memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan telah dicatat di
IEP, bahwa itu adalah lengkap dan akurat, dan bahwa memenuhi persyaratan
dicatat untuk setiap item.
BAB
III
PEMBAHASAN
PROGRAM
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
1.
Nama : Yulina
Ambarwati
2.
Tempat tanggal lahir :
Sleman, 09 Juli 1996
3.
Karakteristik :
·
Anak berusia 14 tahun
·
Belum pernah sekolah
·
Belum bisa baca-tulis
·
Kecacatan triplegia,
yaitu kedua kaki mengalami kelumpuhan sehingga dalam mobilitas mengalami
kesulitan.
·
Menggunakan
kursi roda terkadang ngesot, dan tangan kirinya mengalami kekakuan
·
Tangan kanan normal
sehingga dapat digunakan secara wajar dan motoriknya bagus
·
IQ normal
·
Bicara dan komunikasi
baik
4.
Alokasi
waktu: 3 jam pelajaran (90 menit), 3x seminggu selama 6 bulan (1 semester)
5.
Tujuan
·
Jangka panjang : anak mampu memperoleh info dari media
cetak atau elektronik dengan tulisan dan dapat mengungkapkan informasi kembali
melalui tulisan.
·
Jangka pendek :
- Anak
mampu menulis namanya sendiri
- Anak
mampu membaca secara dasar
- Anak
mampu menulis dasar-dasar
- Kemampuan
motorik halus meningkat
6.
Strategi pembelajaran
·
Metode : demonstrasi,
drill, ceramah, pemberian tugas, tanya jawab
·
Model pembelajaran : pembelajaran langsung
·
Alat
/ media : gambar,
tulisan braille, stilus dan reglet, buku matematika kelas 4, penerbit
yudhistira karangan: tim bina matematika hal 81-86
·
Sumber : tim pendidik,
lingkungan, media (buku, VCD)
7.
Standar kompetensi/ ranah kurikulum yang menjadi tekanan:
dapat menulis dan membaca tingkat dasar
8.
Kompetensi dasar : Siswa mampu menulis dan
membaca (A-Z)
Mampu membaca dan berhitung angka(1-10)
9.
Indikator: :
- Mengenalkan huruf dan angka, melafalkan huruf dan angka,
kemudian menghafalkannya
- Menggabungkan huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat
- Mampu
berhitung angka 1-10
- Aktivitas
pembelajaran
10. Aktivitas
pembelajaran
- Dua bulan pertama:
Mengenalkan
siswa mengenai huruf mulai A sampai Z. Mengenalkan angka dari 1-10 kemudian
menugaskan siswa agar menyalin dibukunya.
- Dua bulan kedua:
Setelah siswa
mengenal huruf A-Z dan angka 1-10, siswa diajari untuk menghafalkannya. Dalam
satu hari siswa dituntut untuk menghafal 1-2 huruf dan diminta untuk
mengulang-ulang huruf yang sudah dihafalkan.
- Dua bulan ketiga:
Setelah siswa
mampu menghafal huruf, mulai diajari untuk latihan mengeja kata.
Misalnya:
MAMA, PAPA, BIBI, ADIK, KAKAK.
Ketika siswa
sudah menunjukkan kemampuan mengeja kata, pembimbing mengajarkan siswa untuk
mengeja kalimat sederhana.
Misalnya: Mama
sayang Yuli, Papa juga sayang Yuli.
Setelah siswa
mampu mengeja kata dan kalimat, pembimbing melatih siswa untuk latihan membaca
cerita pendek atau bernyanyi yang ada kaitannya dengan huruf dan angka.
Misalnya: Lagu
ABCDE (alfabet), Balonku
11. Evaluasi
atau penilaian
Penilaian
dilakukan oleh tim,
a.
Tuliskan huruf A
sampai Z!
b.
Tulis dan sebutkan
angka 1 sampai 10!
c.
Bacalah kata-kata
yang ada di papan tulis dengan baik dan benar!
d.
Bacalah kalimat
yang ada di papan tulis dengan benar!
e.
Tulis namamu,
saudaramu di papan tulis.
f.
Tulis sebuah cerita
singkat yang menarik!
g.
Berhitung dari
angka 1 sampai 10!
BAB IV
PENUTUP
Program Pembelajaran Individual yang
diberikan untuk anak CP pada studi kasus disesuaikan dengan hasil asesmen. Dari
hasil asesmen tersebut didapat informasi bahwa anak belum mampu mengenal huruf.
Untuk itu Program Pembelajaran Individual yang diberikan kepada anak menekankan
pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkat dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Salim,
A. 1996, Pendidiakn Bagi Anak Cerebral Palsy. Surakarta: DEKDIKBUD DIRJEN DIKTI Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik,
Somantri,
M.Si.,psi. Dra.Hj.T.Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:
Reflika Aditama.
sederhana tapi sangat membantu. ditunggu upload yang lain. khususnya untuk anak tuna daksa. terimakasih
BalasHapus