5.01.2012

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL ANAK TUNADAKSA

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
ANAK TUNADAKSA


Dosen pengampu: Dra. Sari Rudiyati, M.Pd




Disusun oleh:

Mila Emi                                 08103244002
Apriyani                                  08103244006
Puji Isti                                    08103244008
Nuri Afriana                            08103244012
Eric Suwardani                       08103244029


PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Salah satu klasifikasi anak tunadaksa adalah disebabkan oleh gangguan neurologis. Anak tuna daksa pada kelompok ini mengalami gangguan gerak dan kebanyakan dari mereka mengalami gangguan kecerdasan dan sering disebut neurologically handicapped atau secara khusus mereka disebut penyandang cerebral palsy. Anak tunadaksa kelompok ini membutuhkan layanan pendidikan luar biasa. Namun fenomena yang ada, anak yang mengalami CP banyak yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dalam lingkungan masyarakat, kondisi seperti ini sudah tidak asing lagi, banyak dari anak-anak normal sekalipun banyak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan. Apalagi bagi mereka yang dipandang dan dianggap tidak normal dan tidak memiliki potensi. Meskipun tanpa adanya fakta yang menunjukkan.

Untuk mengetahui potensi dan kelebihan anak CP, perlu adanya identifikasi. Identifikasi merupakan suatu penilaian tentang kebutuhan anak didik untuk menempatkannya dalam program-program pendidikan sesuai dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Hasil dari identifikasi ini sebagai dasar dalam asesmen. John Salvia & James E Ysseldyke (1981) mendefinisikan istilah asesmen sebagai suatu proses untuk menentukan dan memahami penampilan individu dan lingkungannya. Asesmen sebagai suatu proses, selalu meliputi kegiatan evaluasi dan interpretasi, baik yang dilakukan oleh orangtua, guru, maupun personel sekolah lainnya. John Salvia & James E Ysseldyke lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan asesmen, penampilan individu siswa yang dinilai tidak terbatas pada penampilan dan atau tugas yang dilakukan saat itu, melainkan juga semua riwayat dan karakteristik anak yang berpengaruh terhadap perbuatan atau pelaksanaan tugas, serta factor-faktor yang melekat pada diri anak.
Hasil asesmen akan menjadi bahan masukan dalam menyusun program khusus bagi anak berdasarkan jenis keterampilan dan kemampuan serta potensi yang dimiliki anak. Program layanan yang diberikan pada anak CP, salah satunya dengan IEP bagi yang disekolah, meskipun demikian fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian guru tidak mempertimbangkan hasil asesmen sebagai dasar pendidikan yang diberikan anak. Hal ini menunjukkan bahwa kenyataannya IEP tidak dibuat oleh guru disekolah. Berbeda dengan studi kasus yang dilakukan, bahwa anak belum pernah mendapatkan layanan pendidikan hingga sekarang berusia 14 tahun. Melihat fakta dilapangan ini, tim memutuskan untuk membuat IEP sendiri sebagai tindak lanjut asesmen setelah dilakukan identifikasi.


B.       Rumusan Masalah

Bagaimana IEP yang dapat diberikan kepada anak CP sesuai studi kasus? 


C.       Tujuan

Mengetahui IEP yang dapat diberikan kepada anak CP sesuai studi kasus.


D.    Manfaat

Bagi calon pendidik sebagai contoh membuat IEP yang sesuai dengan kondisi peserta didik



BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Cerebral Palsy
1.    Pengertian
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainanyang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif  akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun  lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.


2.    Faktor penyebab Cerebral Pals
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu:
a. Pranatal :
1)      Malformasi kongenital.
2)      Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainanjanin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
3)      Radiasi.
4)      Tok gravidarum.
5)      Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).
6)      Keguguran yang sering dialami ibu
7)      Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan
8)      Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak

b. Natal :
1)   Anoksialhipoksia.
2)   Perdarahan intra kranial.
3)   Trauma lahir.
4)   Prematuritas.
5)   Penggunaan alat-alat pada waktu proses kelahiran yang sulit misalnya : tang, tabung, vacum, dan lain-lain.

c. Postnatal :
1)   Trauma kapitis.
2)   Infeksi misalnya: meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis.

3)   Kern icterus.
4)   Penyakit Tuberculosis
5)   Radang selaput otak
6)   Radang otak
7)   Keracunan arsen atau karbon monoksida
          
Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan dari pada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan. Sedang1 faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964).

3.      Klasifikasi Anak Cerebral Palsy
a.       Cerebral Palsy ditinjau dari ditinjau dari jumlah anggota badan yang berkelainan dan keluasan kerusakan pada jaringan otak sebagai berikut :
1). Kelumpuhan pada satu anggota gerak
Penyandang CP jenis ini biasanya disebut monoplegia. Kelumpuhan itu pada satu tangan, atau paa salah satu kaki. Dapat tangan kanan atau tangan kiri, dan dapat pula kaki kanan atau kaki kiri saja. Jadi pada anggota gerak yang tidak mengalami kelumpuhan keadaannya sehat atau berfungsi sebagaimana fungsi tangan atau kaki orang normal.


2). Kelumpuhan pada dua anggota gerak
Penyandang CP jenis ini termasuk diplegia atau hmiplegia atau paraplegia. Kelumpuhan yang terjadi pada dua kaki disamping dapat disebut penyandang Diplegia juga disebut penyandang paraplegia. Sedang kelumpuhan yang terjadi pada separuh anggota gerak secara vertical, yaitu pada satu tangan dan satu kaki pada sebelah kiri tubuh atau sebelah kanan tubuh disebut hemiplegia.

3). Kelumpuhan pada tiga anggota gerak
Anak CP yang memiliki atau mengalami kelumpuhan pada tiga anggota gerak yang dapat terjadi pada dua tangan dan satu kaki, atau pada kedua kaki dan satu tangan. Penderitanya termasuk triplegia.

4). Kelumpuhan pada keempat anggota gerak
Penyandang CP mengalami kelumpuhan pada keempat anggota gerak atau pada seluruh anggota gerak, termasuk jenis tetraplegia atau quadriplegia.

b.      Cerebral Palsy ditinjau dari gejala pergerakan otot
1). Gerakan otot yang kaku (regid)
Penyandang CP yang miliki gerakan otot yang kaku bila ia sedang berjalan, maka gerakannya mirip dengan gerakann otot, geraknya lambat, bertahan-tahan dan keliahatn sangat sulit. Kekakuan otot ini tidak hanya tampak pada anggota gerak, tetapi juga saat ototnya diraba,akan dirasakan benda yang keras, tidak lembek seperti daging. Soeharso (1982) dalam AlSalim halaman 22 mengibaratkan penyandang CP tipe ini geraknya seperti mesin yag tidak ada oli atau gemuk, dan setiap gerak yang dilakukan tertahan-tahan seperti ada rem, gerakannya selalu tidak dapat lemah dan tidak dapat halus dan tidak cepat.

2). Ada kekejangan otot (spastic)
Istilah spastic lebih sering dipergunakan dari pada istilah kejang, kekejangan otot timbul terutama saat akan digerakkan misalnya persendiannya tiba-tiba akan dibengkokkan, maka otot-otot yang berlawanan berkontradiksi, sehingga sulit dibengkokkan.

Kejangnya otot akan hilang atau berkurang pada saat anak dalam keadaan tenang misalnya saat anak tidur. Sebaliknya kekejangan otot akan semakin menguat saat anak dalam keadaan terkejut, marah, dan takut. Maka cara terbaik dalam melatih dan mendidik anak tipe spastic dimulai dengan menciptakan suasana teman, pelan-pelan, sabar, dan dalam lingkungannya yang dapat membuat anak merasa senang.

3). Ada gerakan yang tidak disadari (atetoid)
Penyandang CP atetoid memiliki gejala-gejala gerakan yang tidak disadari atau tidak dibawah perintah, tidak terkontrol serta menunjukkan gerakan-gerakan memutar. Gerakan yang tidak disadari ini dapat timbul setiap saat dan sangat sulit mencegahnya. Gerakan tersebut terjadi pada tangan atau kaki, bibir, mata, lidah, dan sebagainya.

4). Ada gangguan koordinasi dan keseimbangan (ataxia)
Penyebab ataxia adalah adanya kerusakan dalam otak kecil atau cerebellum. Penyandang ini sering disebut Cerebellar Ataxia atau Ataksia Serebelar. Bila lokasi kerusakannya pada jempatan varol atau sumsum lanjutan maka penyandangnya disebut Bulbar Ataxia atau Ataksia Bulbar. Penyandang CP ini ataksia seakan-akan kehilangan perasaan keseimbangan tidak adanya koordinasi dan hipotani (berkurangnya tonus / berkurangnya tegangan).

5). Ada gerekan gemetar (tremor)
Istilah Tremor berasal dary bahasa Latin, yang dalam bahasa Indonesia berarti gemetar, yaitu gerakan halus yang biasanya ada pada tangan atau jari-jari tangan. Pada penyandang CP tipe tremor, dimungkinkan diakibatkan oleh perusakan otak pada daerah ganglia basal, dengan sifat kontraksi yang secara terus menerus dan bergantian (missal pergantian antara gerak feksi dengan ekstensi).

6). Gejala gangguan gerak campuran
Selain kelainan yang telah di uraikan di atas, ditemukan pula penyandang CP yang menunjukkan gejala-gejala gerak campuran.yang mengalami dua atau lebih gangguan, misal regid dengan spastic.

c.       Karakteristik Penyerta Pada Anak CP
Telah diketahui bahwa letak kelainan penyandang CP berada di otak. Dimana terdapat kerusakan atau luka. Dengan demikian mudah dimengerti bahwa berat ringanya kelainan tergantung pada luas atau tidaknya kerusakan-kerusakan yang ada di otak. Selain itu kalainan yang disandang tergantung bagian mana dari otak tersebut yang mengalami kerusakan, misalnya ada kelainan yang hanyameliputi pada gerak, sedang pancara indra tidak berkelainan. Akan tetpi dapat juga terjadi bahwa kerusakan-kerusakan di dalam otak meliputi juga puasat-pusat fungsi pancara indar, sehingga terdapat kelainan yang mengenai;

1)                  Penglihatan
2)                  Pendengaran
3)                  Perasaan, dan Lain-lain

2)      Karakteristik Anak Cerebral Palsy
a)      Ketika baru lahir bayi dengan cerebral palsy sering kali lemah dan terkulai, atau tidak nampak kenormalan.


b)      Ketika bayi lahir tidak bernafas dengan  cara yang benar, dan mengalami perubahan warna menjadi biru dan terkulai, keterlambatan bernafas adalah tanda-tanda kerusakan pada otak.

c)      Keterlambatan berkembang, bandingkan dengan anak-anak desa yang normal, anak lambat dalam menegakkan kepala, untuk duduk, atau bergerak ke sekeliling.

d)     Anak dengan tanda CP dia tidak menggunakan tangannya. Atau dia hanya menggunakan satu tangan dan tidak memulai untuk menggunakan dengan kedua tangannya.

e)      Problem dalam makan, bayi memiliki kesulitan dengan menghisap, menelan, dan mengunyah. Bayi mudah tercekik dan tersumbat/muntah.Beberapa anak mengalami masalah makan lebih besar dan kontinyu.

f)       Mengalami kesulitan perawatan diri pada bayi dan anak-anak. Tubuh anak mengalami kekakuan ketika mengangkat, berpakaian atau mandi, atau selama bermain. Nanti anak-anak tidak mau belajar bagaimana makan atau berpakaian sendiri, untuk mandi, memakai toilet, atau bermain dengan anak-anak yang lain.ini memungkinkan tejadi kekakuan tubuh secara mendadak atau mengalami kelemahan ‘anak bisa jatuh dimana saja’.

g)      Bayi bisa menangis dalam jangka waktu yang lama dan kelihatan rewel atau ‘lekas marah’. Atau bayi bisa sangat diam atau pasif dan bisa tidak pernah menangis atau tersenyum.

h)      Kesulitan berkomunikasi. Bayi tidak memiliki respon atau reaksi seperti bayi lakukan.sebagian disebabkan karena kelemahan, kekakuan atau kekurangan gerakan lengan, atau control otot muka. Juga anak mengalami keterlambatan dalam memulai berbicara. Nantinya anak mengalami perkembangan ketidakjelasan berbicara atau kesulitan berbicara.

i)        Sebagian orang tua mengalami kesulitan untuk mengetahui secara tepat keinginan anak, mereka mencari cara bagaimana memahami keinginan anak. Pada awalnya anak akan menangis ketika meminta sesuatu, dengan memberi tanda dengan tangan, kaki atau mata.

j)        Kecedasan, beberapa anak kelihatan  bodoh karena mereka lemah, pincang dan lambat dalam bergerak. Yang lain kadang bergerak sangat cepat dan janggal mereka kelihatan bodoh.wajah mereka aneh atau mereka banyak mengeluarkan air liur karena ada kelemahan otot-otot wajah atau kesulitan dalam menelan. Ini bisa menyebabkan intelegensi anak kelihatan mengalami keterlambatan mental.
k)      Tentang sebagian anak dengan CP mengalami keterbelakangan mental, tetapi ini jangan didiagnosa  terlalu didini. Anak membutuhkan bantuan dan latihan untuk memperlihatkan bagaimana seharusnya anak.
l)        Orang tua bisa memberi pengertian bahwa anak mampu melakukan lebih dalam segala hal.

m)    Sesuai dengan (epilepsy, seizures, convulsions) terjadi pada beberapa anak dengan cerebral palsy.
n)      Gangguan tingkah laku, mendadak mengalami  perubahan perasaan dari ketawa ke menangis, ketakutan, dan gangguan tingkah laku yang lain yang dinampakkan. Ini berakibat rasa frustasi pada anak karena tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan dengan tubuhnya. Kerusakan otak mempengaruhi tingkah laku.
o)      Sensasi sentuhan, nyeri, panas, dingin dan posisi tubuh, tidaklah hilang.Anak memilki gangguan control gerak pada tubuh mereka dan gangguan dengan keseimbangan. Karena mereka mengalami kerusakan otak, mereka mengalami kesulitan belajar tentang berbagai hal.
p)      Ketidaknormalan refleks. Bayi pasti memilki ‘refleks dini’ atau gerak tubuh otomatis yang normal dapat bergerak pada minggu atau bulan pertama kehidupannya.
Seseorang dengan cerebral palsy mungkin menunjukkan satu atau lebih dari efek berikut:
• keketatan otot atau kelenturan
• gangguan dalam kecepatan atau mobilitas
• gerakan disengaja
• sulit menelan dan masalah dengan pidato

Seorang individu dengan cerebral palsy mungkin juga menunjukkan:
• kesulitan dalam menyusui
• penurunan penglihatan, pendengaran atau wicara
• abnormal sensasi dan persepsi
• kejang
• kesulitan dengan kandung kemih dan usus kontrol
• keterbelakangan mental
• ketidakmampuan belajar
• masalah dengan pernapasan karena postural kesulitan
• gangguan kulit karena sakit tekanan

B. ASESMEN
1. Pengertian
Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat suatu pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan seorang anak. (Salvia & Ysseldyke, 1985). Yang berfungsi untuk memperoleh informasi yang lengkap sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program bagi anak berkebutuhan khusus.
Assessment otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.  Dengan kata lain, asesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.  Dalam suatu proses pembelajaran, nyata.  Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktifitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun siluar kelas.
Menurut (Hart, 1994), asesmen otentik yaitu asesmen yang melibatkan siswa didalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna.  Berbagai tipe asesmen otentik menurut Hibbard (2000) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan jurnal.  Hal senada juga dijelaskan oleh David W. Johnson dan Roger T. Johnson (2002) bahwa otentik asesmen meminta siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam konteks dunia nyata.
Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif.  Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format peniaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.  Format penilaian ini dapat berupa: (a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), (b) tugas (tugas keterampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), (c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya: portofolio, interview, daftar cek, dsb.
Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai factor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran yang dilakukan itu sendiri.  Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dapat pula dipergunakan sebagai umpan baik penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 4)
Asesmen otentik menggambarkan kemampuan siswa, presentasi, motivasi, dan sikap, pada kegiatan pembelajaran yang relevan, yang meliputi, asesmen performansi, portofolio, dan asesmen diri).
Asesmen otentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa untuk dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan mereproduksi informasi.  Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika seorang siswa belumlah dikatakan belajar secara bermakna bilamana dia belum mampu menggunakan rumus-rumus matematis yang dipelajarinya untuk menyelesaikan suatu masalah sehari-hari, seperti ketika kita berbelanja.  Oleh karena itu, dalam pembelajaran sangat perlu dilakukan asesmen otentik untuk menjamin pembentukan kompetensi riil pada siswa.
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah: a) melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan nyata siswa, b) tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional, c) melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas, d) menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, e) merupakan alat penilaian dengan latar standar (standar setting), bukan alat penilaian yang distandarisasikan, f) berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan g) dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar, dan latar belakang kulturnya.
Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik.  Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).  Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).  Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan criteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.  Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensiri-motorik).
Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengambangkan instrument untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik.  Menurut Hart (1994) kalau guru mengubah cara mangakses siswa, maka guru juga akan penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan mengubah bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar.  Perubahan ini tidak hanya orang tua.

2. Bentuk Asesmen
Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley and Pierce (1996):
a. Asesmen kinerja (Performance assessment)
b.Observasi dan pertanyaan (Observation and Question), Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
c. Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition)
d.                        Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration)
e. Bercerita (Story or text reteling)
f. Evaluasi diri oleh siswa (Self assessment)
g.Portofolio dan jurnal.
3. Langkah-langkah Dalam Menerapkan Asesmen
Dalam menerapkan asesmen kinerja anda perlu memperhatikan beberapa tahapan.  Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian kinerja yang baik antara lain:
  1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
  2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan siperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
  3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
  4. Definisikan dengan jelas criteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.
  5. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

4.      Tujuan Melakukan Asesmen
-          untuk mendiskripsikan dan mengklasifikasikan
-          untuk membuat keputusan
-          untuk menguji hipotesis
-          untuk perencanaan program
-          untuk evaluasi



C.    INDIVIDUAL EDUCATION PROGRAM
1.      Pengertian
Sebuah IEP adalah rencana tertulis yang menjelaskan program pendidikan khusus dan / atau jasa yang dibutuhkan oleh siswa tertentu. Ini mengidentifikasi harapan pembelajaran yang dimodifikasi dari atau alternatif dengan harapan yang diberikan dalam dokumen kebijakan kurikulum untuk kelas yang sesuai dan subjek atau program, dan / atau akomodasi dan layanan pendidikan khusus yang diperlukan untuk membantu siswa dalam mencapai atau dia belajar harapannya. Para IEP siswa yang tidak diubah alternatif atau harapan akan berfokus hanya pada akomodasi dan jasa. IEP bukanlah rencana pelajaran harian itemizing setiap detail dari siswa pendidikan.
IEP juga membantu guru memonitor kemajuan siswa dan menyediakan kerangka kerja untuk mengkomunikasikan informasi tentang kemajuan siswa kepada orangtua , dan kepada siswa. IEP diperbarui secara berkala untuk merekam setiap perubahan program pendidikan khusus mahasiswa dan layanan yang ditemukan diperlukan sebagai hasil dari penilaian berkelanjutan dan evaluasi siswa pencapaian tujuan tahunan dan harapan belajar.
IEP mencerminkan dewan sekolah dan kepala sekolah komitmen untuk menyediakan program pendidikan khusus dan layanan, dalam sumber daya yang tersedia untuk dewan sekolah, diperlukan untuk memenuhi kekuatan diidentifikasi dan kebutuhan siswa. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap semua persyaratan yang dijelaskan dalam dokumen ini untuk pengembangan dan pelaksanaan 'IEP siswa.
2.      Tujuan IEP
a.      Tujuan Standar
Untuk mengidentifikasi jelas untuk orang tua, staf sekolah, dan Departemen Pendidikan alasan untuk mengembangkan IEP untuk mahasiswa tertentu.
b. Persyaratan Standar
Sebuah IEP akan dikembangkan untuk salah satu alasan berikut:
1)      Sebuah IEP harus dikembangkan untuk setiap siswa yang telah diidentifikasi sebagai murid yang luar biasa oleh Identifikasi, Penempatan, dan Review Committee (IPRC), sesuai dengan Peraturan 181/98.
2)      Sebuah IEP dapat dikembangkan untuk seorang mahasiswa yang belum secara resmi diidentifikasi sebagai luar biasa, tetapi yang telah dianggap oleh papan untuk memerlukan program pendidikan khusus atau layanan dalam rangka menghadiri sekolah atau untuk mencapai harapan kurikulum dan / atau yang belajar harapan dimodifikasi dari atau alternatif dengan harapan ditetapkan untuk tingkat kelas tertentu atau kursus di sebuah dokumen kebijakan kurikulum provinsi.
3)      Sebuah IEP harus dikembangkan, sebagai dokumentasi pendukung, jika Dukungan Intensif Jumlah (ISA) klaim dana disampaikan oleh dewan sekolah atas nama seorang mahasiswa yang belum diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC, tetapi yang menerima program pendidikan khusus dan jasa.
Alasan berlaku untuk pengembangan IEP siswa harus ditunjukkan dalam IEP. Informasi berikut ini harus disertakan dalam IEP:
1)      Siswa Nama lengkap
2)       Jenis kelamin
3)      Tanggal lahir
4)      Siswa nomor identifikasi (jika berlaku)
5)      Saat ini sekolah tahun
6)      Nama sekolah dan kepala
7)      Tanggal mahasiswa baru-baru ini IPRC sebagian besar (jika berlaku)
8)      Siswa exceptionality
Untuk mahasiswa diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC, deskripsi siswa exceptionality harus konsisten dengan yang diberikan di IPRC pernyataan dari keputusan, dan juga harus sesuai dengan kategori exceptionalities dan definisi yang disediakan di Departemen's memorandum Pendidikan kepada Direksi Pendidikan dan Dewan Sekolah Wewenang tanggal 15 Januari 1999. (Untuk siswa yang belum diidentifikasi sebagai luar biasa oleh IPRC, pernyataan singkat yang menggambarkan karakteristik siswa yang membuat program pendidikan khusus dan / atau jasa yang diperlukan harus disediakan.
9)       IPRC keputusan penempatan (jika berlaku)
Penempatan menunjukkan harus konsisten dengan penempatan yang ditetapkan dalam IPRC pernyataan dari keputusan. (Pilihan dapat mencakup penempatan di kelas reguler dengan atau tanpa dukungan penarikan yang disediakan oleh guru pendidikan khusus yang berkualifikasi; penempatan dalam sebuah kelas pendidikan khusus dengan integrasi parsial di kelas reguler, dan penempatan dalam sebuah kelas pendidikan khusus untuk hari seluruh sekolah.)
10)  Siswa kelas saat ini dan / atau penempatan pendidikan kelas khusus
11)  Subjek atau kursus untuk yang berlaku IEP
12)  Kondisi medis yang relevan
Setiap kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan siswa untuk menghadiri sekolah atau untuk belajar harus terdaftar, bersama dengan dukungan layanan khusus kesehatan terkait bahwa siswa membutuhkan pada dasar atau intermiten konstan.
13)  Data penilaian yang relevan
Tanggal, sumber, dan hasil atau rekomendasi dari penilaian yang relevan laporan yang disiapkan atau dilakukan oleh sekolah atau dewan staf atau lembaga di luar dan, di mana yang berlaku, dianggap oleh IPRC dalam menentukan exceptionality siswa dan penempatan harus diidentifikasi. Dasar pembebasan program sekolah atau sekunder program wajib sekolah substitusi
Program kursus atau pembebasan substitusi harus diidentifikasi, dan alasan pendidikan bagi mereka disediakan.
Kepala sekolah harus memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan telah dicatat di IEP, bahwa itu adalah lengkap dan akurat, dan bahwa memenuhi persyaratan dicatat untuk setiap item.



BAB III
PEMBAHASAN

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL

1.      Nama                                       : Yulina Ambarwati
2.      Tempat tanggal lahir               : Sleman, 09 Juli 1996
3.      Karakteristik                           :
·         Anak berusia 14 tahun
·         Belum pernah sekolah
·         Belum bisa baca-tulis
·         Kecacatan triplegia, yaitu kedua kaki mengalami kelumpuhan sehingga dalam mobilitas mengalami kesulitan.
·         Menggunakan kursi roda terkadang ngesot, dan tangan kirinya mengalami kekakuan
·         Tangan kanan normal sehingga dapat digunakan secara wajar dan motoriknya bagus
·         IQ normal
·         Bicara dan komunikasi baik
4.      Alokasi waktu: 3 jam pelajaran (90 menit), 3x seminggu selama 6 bulan (1 semester)
5.      Tujuan
·         Jangka panjang      : anak mampu memperoleh info dari media cetak atau elektronik dengan tulisan dan dapat mengungkapkan informasi kembali melalui tulisan.
·         Jangka pendek      :
-       Anak mampu menulis namanya sendiri
-       Anak mampu membaca secara dasar
-       Anak mampu menulis dasar-dasar
-       Kemampuan motorik halus meningkat

6.      Strategi pembelajaran
·         Metode                              : demonstrasi, drill, ceramah, pemberian tugas, tanya jawab
·         Model pembelajaran          : pembelajaran langsung
·         Alat / media                      : gambar, tulisan braille, stilus dan reglet, buku matematika kelas 4, penerbit yudhistira karangan: tim bina matematika hal 81-86
·         Sumber                              : tim pendidik, lingkungan, media (buku, VCD)
7.      Standar kompetensi/ ranah kurikulum yang menjadi tekanan: dapat menulis dan membaca tingkat dasar
8.      Kompetensi dasar                   : Siswa mampu menulis dan membaca (A-Z)
Mampu membaca dan berhitung angka(1-10)
9.      Indikator:                                :
-       Mengenalkan huruf dan angka, melafalkan huruf dan angka, kemudian menghafalkannya
-       Menggabungkan huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat
-       Mampu berhitung angka 1-10
-       Aktivitas pembelajaran
10.  Aktivitas pembelajaran
-       Dua bulan pertama:
Mengenalkan siswa mengenai huruf mulai A sampai Z. Mengenalkan angka dari 1-10 kemudian menugaskan siswa agar menyalin dibukunya.
-       Dua bulan kedua:
Setelah siswa mengenal huruf A-Z dan angka 1-10, siswa diajari untuk menghafalkannya. Dalam satu hari siswa dituntut untuk menghafal 1-2 huruf dan diminta untuk mengulang-ulang huruf yang sudah dihafalkan.
-       Dua bulan ketiga:
Setelah siswa mampu menghafal huruf, mulai diajari untuk latihan mengeja kata.
Misalnya: MAMA, PAPA, BIBI, ADIK, KAKAK.
Ketika siswa sudah menunjukkan kemampuan mengeja kata, pembimbing mengajarkan siswa untuk mengeja kalimat sederhana.
Misalnya: Mama sayang Yuli, Papa juga sayang Yuli.
Setelah siswa mampu mengeja kata dan kalimat, pembimbing melatih siswa untuk latihan membaca cerita pendek atau bernyanyi yang ada kaitannya dengan huruf dan angka.
Misalnya: Lagu ABCDE (alfabet), Balonku

11.  Evaluasi atau penilaian
Penilaian dilakukan oleh tim,
a.    Tuliskan huruf A sampai Z!
b.   Tulis dan sebutkan angka 1 sampai 10!
c.    Bacalah kata-kata yang ada di papan tulis dengan baik dan benar!
d.   Bacalah kalimat yang ada di papan tulis dengan benar!
e.    Tulis namamu, saudaramu di papan tulis.
f.    Tulis sebuah cerita singkat yang menarik!
g.   Berhitung dari angka 1 sampai 10!

BAB IV
PENUTUP

      Program Pembelajaran Individual yang diberikan untuk anak CP pada studi kasus disesuaikan dengan hasil asesmen. Dari hasil asesmen tersebut didapat informasi bahwa anak belum mampu mengenal huruf. Untuk itu Program Pembelajaran Individual yang diberikan kepada anak menekankan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkat dasar.


DAFTAR PUSTAKA


Salim, A. 1996, Pendidiakn Bagi Anak Cerebral Palsy. Surakarta: DEKDIKBUD DIRJEN DIKTI Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, 

Somantri, M.Si.,psi. Dra.Hj.T.Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Reflika Aditama.







































1 komentar:

  1. sederhana tapi sangat membantu. ditunggu upload yang lain. khususnya untuk anak tuna daksa. terimakasih

    BalasHapus