5.02.2012

KARAKTERISTIK ANAK TUNALARAS MENURUT HALLAHAN DAN KAUFFMAN (1986)

KARAKTERISTIK ANAK TUNALARAS
MENURUT HALLAHAN DAN KAUFFMAN (1986)
MAKALAH

Dosen pengampu:
Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd
Aini Mahabbati, S.Pd


Disusun oleh:
NAMA            : ERIC SUWARDANI
           NIM                : 08103244029

PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010

ABSTRAK

Anak tunalaras sering disebut dengan anak tunasosial karena tingkah laku mereka menunjukkan pertentangan yang terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. (Soemantri, 2006)
Hal yang tak kalah penting dalam kajian ketunalarasan adalah tentang karakteristik anak. Sebagai akibat dari gangguan emosi dan perilaku anak memunculkan karakter yang bermacam-macam. Karakter yang dimunculkan sangat unik. Tak jauh berbeda seperti anak berkebutuhan khusus lainnya yang juga membentuk karakter masing-masing sesuai dengan kondisinya. Sebagai contoh anak tunanetra, mereka lebih mengembangkan sikap curiga terhadap orang lain karena ketidakmampuan anak untuk melihat orang di sekitarnya. Anak tunarungu pun memiliki karakter yang khas seperti mudah salah paham karena ketidakmampuan telinga untuk mendengar. Untuk lebih memahami tentang karakter anak tunalaras perlu untuk mengetahui dan mempelajari berbagai kajian teori yang membahas tentang karakteristik anak. Salah satu kajian teori yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu karakteristik anak tunalaras menurut Hallahan dan Kauffman (1986) berdasar dimensi tingkah laku anak tunalaras. Hallahan dan Kauffman membagi karakter anak menjadi dua yaitu karakter anak yang terkait dengan segi akademik sosial/emosional dan yang terkait dengan fisik/kesehatan anak tunalaras.
Kajian teori yang dikemukakan oleh Hallahan dan Kauffman ini cukup menambah wawasan untuk lebih memahami tentang ketunalarasan. Dengan adanya pembagian yang ada, mengetahui karakteristik anak menjadi hal yang tidak begitu sulit. Untuk itu sangat penting sekali bagi para calon guru pendidikan khusus untuk mempelajari berbagai jenis karakteristik anak berkebutuhan khusus terutama anak tunalaras.




BAB II
PEMBAHASAN

I.1        PENGERTIAN ANAK TUNALARAS
Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” yang berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku kurang/ tidak sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat tempat ia berada. Anak tunalaras sering disebut dengan anak tuna sosial karena tingkah laku mereka menunjukkan pertentangan yang terus menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. (Soemantri, 2006)
Istilah yang digunakan untuk anak yang berkelainan perilaku (anak tunalaras) dalam konteks kehidupan sehari-hari di kalangan praktisi sangat bervariasi. Perbedaan pemberian julukan kepada anak yang berperilaku menyimpang tidak lepas dari konteks pihak yang berkepentingan. Misalnya, para orangtua cenderung menyebut anak tunalaras denga istilah anak jelek (bad boy), para guru menyebutnya dengan anak yang tidak dapat diperbaiki (incurrigible), para psikiater/psikolog lebih senang menyebut dengan anak yang terganggu emosinya (emotional disturb child), para pekerja sosial menyebutnya sebagai anak yang tidak dapat mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku (social maladjusted child), atau jika mereka berurusan dengan hukum maka para hakim biasa menyebutnya sebagai anak-anak pelanggar/penjahat (deliquent). Terlepas dari julukan yang diberikan kepada para tunalaras, secara substansial kesamaan makna yang terdapat pada pemberian “gelar” pada anak tunalaras, disamping menunjuk pada cirinya yaitu terdapatnya penyimpangan yyang berlaku di lingkungannya. (Sunardi, 1985), juga akibat dari perbuatan yang dilakukan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain,…..a behavior deviation is that behavior of a child wich; (i) has a detrimental effect on his development and adjustment and/ or (ii) interferers with the lives of other people. (Kirk, 1970)
Menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Pendidikan No. 12 Tahun 1952, anak tuna laras adalah individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan/ norma-norma sosial dengan frekuensi cukup besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977 menyebutkan, yang disebut tuna laras adalah (1) anak yang mengalami gangguan/ hambatan emosi dan tingkah laku sehingga tidak/ kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan, sekolah, maupun masyarakat; (2) anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku dimasyarakat; (3) anak yang melakukan kejahatan.
Definisi anak tuna laras atau emotionally handicapped atau behavioral disorder lebih terarah pada definisi Eli M Bower (1981) yang menyatakan bahwa anak dikatakan memiliki hambatan emosional atau kelainan perilaku apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini:
a.       Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, pengindraan atau kesehatan
b.      Ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru
c.       Bertingkahlaku yang tidak pantas pada keadaan normal
d.      Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus
e.       Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah (Delphie, 2006)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang diidentifikasikan mengalami gangguan atau penyimpangan perilaku adalah individu yang:
a.       Tidak mampu mendefinisikan dengan tepat kesehatan mental dan perilaku yag normal
b.      Tidak mampu mengukur emosi dan perilakunya sendiri
c.        Mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialisasi (Hallahan&Kauffman, 1991)
Beberapa komponen yang penting diperhatikan dalam menilai seorang anak mengalami gangguan emosi/ perilaku atau tidak, yaitu:
a.       Adanya penyimpangan perilaku yang terus menerus menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri
b.      Penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan belajar serta bimbingan

I.2        KARAKTERISTIK ANAK TUNALARAS MENURUT HALLAHAN DAN KAUFFMAN
            Karakteristik yang dikemukakan Hallahan dan kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai berikut:
-          Anak yang mengalami gangguan perilaku
a.        Berkelahi, memukul menyerang
b.       Pemarah
c.       Pembangkang
d.      Suka merusak
e.        Kurang ajar, tidak sopan
f.       Penentang, tidak mau bekerjasama
g.      Suka menggangu
h.      Suka ribut, pembolos
i.        Mudah marah, Suka pamer
j.        Hiperaktif, pembohong
k.      Iri hati, pembantah
l.        Ceroboh, pengacau
m.    Suka menyalahkan orang lain
n.      Mementingkan diri sendiri

-          Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri:
a.       Cemas
b.      Tegang
c.       Tidak punya teman
d.       Tertekan
e.       Sensitif
f.       Rendah diri
g.      Mudah frustasi
h.       Pendiam
i.        Mudah bimbang

-           Anak yang kurang dewasa
a.       Pelamun
b.      Kaku
c.       Pasif
d.      Mudah dipengaruhi
e.        Pengantuk
f.       Pembosan

-          Anak yang agresif bersosialisasi
a.       Mempunyai komplotan jahat
b.       Berbuat onar bersama komplotannya
c.        Membuat genk
d.       Suka diluar rumah sampai larut
e.        Bolos sekolah
f.        Pergi dari rumah

Selain karakteristik diatas, berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, sosial/ emosional dan fisik/ kesehatan anak tuna laras.
1.      Karakteristik Akademik:
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Hasil belajar dibawah rata-rata
b.       Sering berurusan dengan guru BK
c.        Tidak naik kelas
d.       Sering membolos
e.        Sering melakukan pelanggaran, baik disekolah maupun dimasyarakat, dll
2.      Karakteristik Sosial/ Emosional:
Karakteristik sosial/ emosional tuna laras dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.        Karakteristik Sosial
1)      Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:
a.       Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar norma budaya
b.      Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok sosial
2)      Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif yaitu:
a.       Tidak mengikuti aturan
b.       Bersifat mengganggu
c.        Bersifat membangkang dan menentang
d.       Tidak dapat bekerjasama
3)       Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja

b.      Karakteristik Emosional
a.       Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya tekanan batin dan rasa cemas
b.      Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sifat perasa/ sensitif



c.       Karakteristik Fisik/ kesehatan
Pada anak tuna laras umumnya masalah fisik/ kesehatan yang dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah merasa sakit, dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu gagap, buang air tidak terkontrol, sering mengompol, dll.


BAB III
PENUTUP

III.1     KESIMPULAN
Anak tuna laras sering disebut juga dengan anak tuna sosial karena tingkah laku anak tuna laras menunjukkan penentangan yang terus-menerus terhadap norma-norma masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu dan menyakiti orang lain. Selain itu, anak tuna laras merupakan anak yang mengalami hambatan/ kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan/ mengganggu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum, anak tuna laras dibagi menjadi 4 kategori yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:
a.       Anak yang agresif bersosialisasi
b.       Anak yang kurang dewasa
c.        Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri
d.       Anak yang mengalami gangguan perilaku

III.2     SARAN
Dengan semakin berkembangnya kajian tentang ketunalarasan, sangat perlu untuk mempelajari teori tentang karakteristik dari berbagai ahli. Kajian teori karakteristik anak tunalaras dari dimensi tingkah laku anak tunalaras dari Hallahan dan kauffman semoga bisa menambah pengetahuan tentang ketunalarasan khususnya bagi para calon orthopedagog.

DAFTAR PUSTAKA
           
http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=74 (diakses 02 Mei 2010, pukul 19:45)
IG. A. K. Wardani, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
M. Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Siti Maichati. 1983. Kesehatan mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

2 komentar:

  1. Waaah aku juga diampu Bapak Ibnu Syamsi Brooo"kamu udah lulus? gimana proses di PLB dulu ? Amazingkah :D

    BalasHapus