LAPORAN KULIAH LAPANGAN
DI SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
Tugas Matakuliah:
Pendidikan Anak Tunalaras
Pokok Bahasan:
Identifikasi Anak Tunalaras
Dosen:
Ibnu Syamsi, M.Pd
Aini Mahabbati, S.Pd
Disusun oleh:
1.
Weny Aryuniati 07103244005
2.
Ruly Gardi P 08103244014
3.
Kurniati Sejati 08103244026
4.
Eric Suwardani 08103244029
5.
Fita Tri H 08103244034
6.
Yuri Andriansyah 08103244037
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
KULIAH LAPANGAN
Secara harfiah
tunalaras berasal dari kata ”tuna” yang berarti rugi dan ”laras” yang berarti
serasi atau seimbang. Sehingga tunalaras dapat diartikan sebagai kondisi adanya
suatu hal yang mengalami penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud disini adalah
perilaku atau tingkah laku. Seseorang dikatakan tingkah lakunya menyimpang
apabila tingkah laku itu bertentangan atau melanggar tatanan norma yang ada
dalam masyarakat.
Tunalaras merupakan
salah satu kajian dalam ilmu pendidikan luar biasa (PLB). Oleh karena itu
sebagai mahasiswa PLB penting untuk mengetahui seluk beluk tentang ketunalarasan.
Oleh sebab itu dilaksanakan kegiatan observasi lapangan yang dilakukan secara
bersama satu kelas. Kegiatan observasi ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa
dalam menambah wawasan tentang kajian ketunalarasan.
B.
TEMPAT DAN WAKTU
PELAKSANAAN
Pelaksanaan kuliah lapangan ini dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :
Selasa, 13 April 2010
Waktu :
08.30 – 10.30 WIB
Tempat :
SLB E Bhina Putera Surakarta
C.
RUMUSAN MASALAH
Hal yang menjadi rumusan dalam laporan ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Apa saja tipe dan
karakteristik anak tunalaras di SLB E Bhina Putera Surakarta?
2.
Bagaimana SLB E Bhina Putera Surakarta melaksanakan prosedur pengklasifikasian?
3.
Bagaimana mereka
ditempatkan di SLB E Bhina Putera Surakarta?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEKILAS TENTANG
SEKOLAH
Yayasan Pembina Anak Nakal (YPAN) “Bhina Putera”
Surakarta terletak di jalan Bibis Baru 03 RT 02/XXIV Kal. Nusukan Kec.
Banjarsari Surakarta 57135. Yayasan ini berdiri pada tanggal 26 Juni 1969 yang
diprakarsai oleh Drs. H.M Soedarno (alm) dengan akta notaris R. Soegondo
Notodisoeryo 55 dan sampai sekarang ini sudah mendapatkan pengesahan akta
pendirian dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No: C. 2180.HT.01.02.TH
2006.
Sekolah berdiri satu tahun setelah yayasan YPAN didirikan
tepatnya pada tanggal 02 Februari 1970. Sekolah ini memiliki VISI yaitu
terwujudnya sikap, perilaku dan budi pekerti luhur, berpendidikan, terampil
serta mempunyai kemandirian menuju kondisi yang sejahtera. Adapun MISI dari
sekolah ini yaitu:
1.
Memberikan layanan
Rehabilitasi Sosial dan Pendidikan secara profesional.
2.
Memberikan
keterampilan bakat minat untuk hidup mandiri dan bermasyarakat.
3.
Meningkatkan SDM
secara profesional.
4.
Melibatkan orang
tua dan masyarakat dalam proses Rehabilitasi Sosial.
5.
Membangun jejaring
Organisasi pendidikan dan pelayanan Rehabilitasi Sosial bagi anak tunalaras.
B.
IDENTIFIKASI ANAK
TUNALARAS DI SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
Identifikasi merupakan suatu usaha untuk mengetahui
apakah seseorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan emosi dan perilaku
dalam pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain pada
umumnya. Tujuan dari proses identifikasi yaitu untuk menemukan perilaku yang
menjadi problem diri anak dan lingkungannya. Selain itu untuk menemukan faktor
lingkungan yang mempengaruhi munculnya gangguan emosi dan perilaku.
Mengenai hasil observasi proses identifikasi di SLB E
Bhina Putera yaitu sebagai berikut:
1.
Tipe anak tunalaras
di SLB E Bhina Putera
Tipe-tipe
anak yang ada di SLB E Bhina Putera yaitu sebagai berikut:
-
Conduct disorders (ketidakmampuan
mengendalikan diri) yaitu:
~
berkelahi
~
memukul
~
menyerang orang lain
~
pemarah
~
tidak patuh (menentang)
~
merusak milik orang lain
~
menolak arahan
~
tidak pernah diam
~
ramai, gaduh
~
lekas marah
~
mencari perhatian
~
hiperaktif
~
berbicara kasar
~
tidak memperhatikan
~
mencuri
~
mudah terganggu perhatiannya
~
mengganggu, mengejek orang lain
~
membolos
~
pulang sampai larut malam
2.
Prosedur
Pengklasifikasian
Dari beberapa perilaku menyimpang yang ada, pihak sekolah
melakukan klasifikasi yaitu:
1.
Anak yang belum
terkena hukum seperti suka melanggar norma, suka menganggu, suka menentang,
dll.
2.
Anak yang sudah
terkena hukum seperti mencuri, berkelahi, dll.
3.
Penempatan Kelas
Sekolah
menggunakan sistem klasikal untuk menempatkan anak. Anak ditempatkan
berdasarkan kelas pada saat anak pindah dari sekolah umum apabila anak tersebut
pernah sekolah di sekolah umum. Dalam satu kelas hanya terdapat satu guru
sehingga guru kesulitan untuk mengendalikan perilaku menyimpang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Beberapa
kesimpulan yang didapat dari laporan kuliah lapangan di SLB E Bhina Putera
Surakarta yaitu sebagai berikut:
1.
Di SLB E Bhina
Putera terdapat bermacam-macam tipe dan karakteristik anak tunalaras.
2.
Prosedur
pengklasifikasian sangat sederhana. Anak dibedakan menjadi dua macam yaitu anak
yang belum terkena hukum dan yang sudah terkena hukum.
3.
Untuk penempatan
kelas, anak tidak disesuaikan dengan jenis ketunalarasannya. Pembelajarannya
menggunakan sistem klasikal.
B.
SARAN
Setelah
menyimpulkan hasil kuliah lapangan mengenai identifikasi anak tunalaras di SLB
E Bhina Putera Surakarta, ada beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1.
Penempatan anak
sebaiknya disesuaikan dengan permasalahnnya. Sehingga dalam memberikan
pelayanan pendidikan lebih efektif.
2.
Membangun kerjasama
dengan pihak orangtua, masyarakat dan khususnya pihak yayasan dalam menangani
anak.
3.
Dalam
pembelajarannya perlu menggunakan sistem individual.
DAFTAR PUSTAKA
Liflet “Profil YPAN Bhina Putera Surakarta.
Sunardi, M.Sc. Dr. 1996. Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Departemen P&K Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar