NAMA : ERIC SUWARDANI
NIM : 08103244029
PRODI : PLB B
MK : P.ABBS
KLASIFIKASI
ABBS
Membuat klasifikasi
kesulitan belajar tidak mudah, karena kesulitan belajar merupakan
kelompok kesulitan yang heterogen. Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang
masing-masing memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda. Betapapun
sulitnya membuat klasifikasi kesulitan belajar, klasifikasi tampaknya memang
diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan berbagai strategi pembelajaran
yang tepat.
Secara garis besar menurut Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) kesulitan belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok sebagai berikut:
1.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa
dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan umumnya sukar diketahui,
baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang
sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar kelompok ini
sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu
agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya. Meskipun beberapa
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan
kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak
selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam membaca yang menunjukkan ketidakmampuan
dalam fungsi-fungsi perseptual motorik,
tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan
dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
2.
Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) menunjuk pada
adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan
dalam membaca, menulis dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal
menampilkan salah satu atau bebrapa kemampuan akademik.
Menurut Kirk&Gallagher (1986) kesulitan belajar dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:
1.
Developmental Learning Disabilities
a. Perhatian (attention disorder)
Anak dengan attention disorder akan
berespon pada berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering
teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama
untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu
hal.
b. Memory Disorder
Memory disorder adalah
ketidakmampuan untuk mengingat apa ynag telah dilihat atau didengar ataupun
dialami. Anak dengan masalah memori visual dapat memiliki kesulitan dalam
me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga dialami
oleh anak dngan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi perkembangan
bahasa lisannya.
c. Gangguan persepsi visual dan motorik
Anak-anak dengan gangguan persepsi
visual tidak dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata
yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti
dari sebuah gambar atau angka atau memiliki pemahaman akan dirinya.
d. Thinking Disorder
Thinking disorder adalah kesulitan
dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah pembentukan konsep dan asosiasi.
Thinking disorder berhubungan dengan gangguan dalam berbahasa verbal.
e. Language Disorder
Merupakan kesulitan belajar yang
paling umum dialami pada anak pra-sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak
berbicara atau berespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
2.
Academic Learning Disabilities
Adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu
dalam membaca, mengeja, menulis, atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul
pada saat anak menampilkan kinerja di bawah potensi akademik mereka.
KESIMPULAN:
Keterkaitannya klasifikasi dengan asesmen yaitu bahwa
asesmen sebagai bentuk penanganan anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan
kondisi anak. Ini berimplikasi pada program pembelajaran dan intervensi
selanjutnya untuk menangani kondisi anak menjadi lebih baik lagi khususnya yang
berhubungan dengan akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar