5.01.2012

KLASIFIKASI ABBS

NAMA      : ERIC SUWARDANI
NIM          : 08103244029
PRODI      : PLB B
MK           : P.ABBS

KLASIFIKASI ABBS
Membuat klasifikasi  kesulitan belajar tidak mudah, karena kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda-beda. Betapapun sulitnya membuat klasifikasi kesulitan belajar, klasifikasi tampaknya memang diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan berbagai strategi pembelajaran yang tepat.
Secara garis besar menurut Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ) kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok sebagai berikut:
1.  Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan umumnya sukar diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar kelompok ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya. Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual  motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
2.  Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui  oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau bebrapa kemampuan akademik.

Menurut Kirk&Gallagher (1986) kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu:
1.  Developmental Learning Disabilities
a.   Perhatian (attention disorder)
Anak dengan attention disorder akan berespon pada berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
b.  Memory Disorder
Memory disorder adalah ketidakmampuan untuk mengingat apa ynag telah dilihat atau didengar ataupun dialami. Anak dengan masalah memori visual dapat memiliki kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga dialami oleh anak dngan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi perkembangan bahasa lisannya.
c.   Gangguan persepsi visual dan motorik
Anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau angka atau memiliki pemahaman akan dirinya.
d.  Thinking Disorder
Thinking disorder adalah kesulitan dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan dengan gangguan dalam berbahasa verbal.
e.   Language Disorder
Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak pra-sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara atau berespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
2.  Academic Learning Disabilities
Adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu dalam membaca, mengeja, menulis, atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul pada saat anak menampilkan kinerja di bawah potensi akademik mereka.

KESIMPULAN:
Keterkaitannya klasifikasi dengan asesmen yaitu bahwa asesmen sebagai bentuk penanganan anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan kondisi anak. Ini berimplikasi pada program pembelajaran dan intervensi selanjutnya untuk menangani kondisi anak menjadi lebih baik lagi khususnya yang berhubungan dengan akademik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar