5.01.2012

TES KEMAMPUAN DASAR ANAK PRA-SEKOLAH (0-6 tahun)

NAMA                        : ERIC SUWARDANI
NIM                            : 08103244029
PRODI                        : PLB B
MK                              :P.ABBS

TES KEMAMPUAN DASAR ANAK PRA-SEKOLAH (0-6 tahun)
Anak usia prasekolah merupakan masa peka  terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia ini perkembangan intelektual telah terbentuk di atas 50%. Jika orangtua gagal memberikan stimulasi secara baik di usia ini, maka perkembangan anak selanjutnya berpotensi mengalami problema dalam belajar.
Pada tahap usia 0-6 tahun, anak berada pada tahap sensori-motorik dan pra-operasional. Pada tahap awal sensori-motorik, anak (bayi) telah mulai berkomunikasi dengan lingkungan lewat eksplorasi sensori-motorik yang melibatkan seluruh indera dan gerak. Misalnya: memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Pada masa berikutnya pra-operasionalnya meskipun pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik, namun kemampuan abstraksinya  mulai tumbuh sehingga memungkinkan ia untuk berpikir simbolik, sekalipun bersifat egosentris. Ia belum memiliki pemahaman yang cukup tentang lingkungan di luar dirinya.
Ada beberapa tes untuk anak usia prasekolah:
1.      Tes Kemampuan Transformasi
Kemampuan transformasi atau perubahan bentuk dapat dikenalkan pada anak prasekolah lewat eksperimen sederhana.
Contoh kegiatan: meniup balon, menuang air ke alam gelas yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai bentuk.
2.      Tes Kemampuan Reversibility
Yaitu tes kemampuan cara berpikir alternatif atau bolak-balik.
Contoh kegiatannya: mengurutkan angka dari kecil ke yang besar kemudian kembali dari angka yang besar ke  yang lebih kecil.
3.      Tes Kemampuan Klasifikasi
Yaitu kemampuan anak dalam mengklasifikasikan benda-benda.
Contoh kegiatannya: mengklasifikasikan warna, bentuk, dan bahan dasar.
4.      Tes Kemampuan hubungan asimetris
Contoh kegiatannya: menyusun balok secara urut dari yang besar sampai ke yang kecil.

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN TERKAIT DENGAN IDENTIFIKASI ABBS DI SEKOLAH DASAR (SD)
Untuk menemukenali anak apakah mengalami kesulitan belajar atau tidak, maka guru perlu melakukan pengamatan, penilaian, pencatatan dan pendokumentasian secara cermat atas gejala-gejala yang nampak pada setiap diri anak. Proses pengamatan, penilaian, pencatatan, dan pendokumentasian ini dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang masalah yang dihadapi oleh anak.
Mungkin masalah yang dihadapi anak cukup serius, sehingga tingkat kontribusinya terhadap gangguan belajar sangat tinggi, tetapi mungkin ada juga yang ringan sehingga tidak terlalu menganggu proses dan hasil belajar anak. Pentingnya identifikasi ini diakui karena sebagai sangat vital  karena jika guru membiarkan saja masalah-masalah belajar yang dihadapi anak, maka peluang kegagalan dalam pendidikan bagi anak yang bersangkutan menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu informasi mengenai identifikasi ini perlu dicermati bagi setiap guru yang menginginkan anak didiknya dapat belajar dengan lancar dan mencapai hasil yang optimal.
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi oleh sekolah dalam rangka menanggulangi masalah kesulitan belajar. Ada beberapa contoh alat identifikasi untuk membantu guru dan orangtua dalam menemukenali anak yang berkesulitan belajar, yaitu:

1.      Informasi riwayat perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir sebelum masuk SD. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema belajar.
Informasi mengenai perkembangan anak sangat penting bagi guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup identitas anak, riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita, perkembangan fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.
Riwayat kehamilan dan kelahiran meliputi perkembangan masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam kandungan, proses kelahiran, tempat kelahiran, penoloong persalinan, gangguan pada saat proses kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan tanda-tanda kelainan pada bayi.
Perkembangan masa balita sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai lama menyusu ibu, usia akhir minum susu kaleng, kegiatan imunisasi, penimbangan, kualitas dan kuantitas makanan pada masa balita, kesulitan makan yang dialami dsb.
Perrkembangan fisik diperlukan terutama data mengenai kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan, naik sepeda, berbicara lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi, dan riwayat kesehatan.
Perkembangan sosial terutama berkaitan dengan hubungan dengan saudara, hubungan dengan teman, hubungan dengan orangtua dan guru, hobi anak, minat khusus. Perkembangan pendidikan meliputi informasi kapan masuk TK, berapa lama pendidikan di TK, kapan masuk SD, apa kesulitan selama di TK, apa kesulitan selama di Sd, apakah pernah tinggal kelas, pelayanan khusus yang pernah diberikan, prestasi belajar, mata pelajaran yang dirasa sulit dan mata pelajaran yang disenangi.
2.      Informasi data orangtua/wali
Sealin data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah informasi mengenai keadaan orangtua/wali siswa yang bersangkutan. Data orangtua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas orangtua, hubungan orangtua dengan anak, data sosial ekonomi orangtua, serta tanggungan dan tanggapan orangtua terhadap anak. Identitas orangtua harus lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas ibu.
Hubungan orangtua-anak menggambarkan sejauh mana intensitas komunikasi antara orangtua dan anak. Misalnya apakah kedua orangtua satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh salah satu orangtua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar anak.
Mengenai data sosial ekonomi diperlukan agar sekolah dapat memperhitungkan kemampuan orangtua dalam pendidikan anaknya. Data sosial ekonomi dapat mencakup informasi mengenai jabatan formal maupun non formal ayah dan ibu, serta besarnya penghasilan rata-rata perbulan.
Sedangkan mengennaitanggapan orangtua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orangtua yang perlu diungkapkan antara lain persepsi orangtua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orangtua terhadap anak yang bersangkutan, harapan orangtua dan bantuan yang diharapkan orangtua untuk anak yang bersangkutan.
3.      Informasi profil (gambaran secara umum) anak berkesulitan belajar
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting, sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Tanda-tanda kelainan atau gangguan khusus pada siswa perlu diketahui guru. Kadang adanya kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi satu faktor timbulnya masalah belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap kondisi tersebut.
Dalam proses identifikasi di SD hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu:
1.      Petugas identifikasi
Ada beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan dalam identifikasi anak berkesulitan belajar yaitu guru, orangtua anak dan tenaga profesional lain (psikolog, dokter anak, neurolog, terapist, ortopedagog, dsb.
2.      Pelaksanaan identifikasi
Kegiatan identifikasi anak berkesulitan belajar seyogyanya dapat dilakukan secara sistematis, terencana/terprogram, terpadu dan profesional. Artinya, semaksimal mungkin mengikuti prinsip-prinsip metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Meskipun demikian bukan berarti harus ketat sehingga justru menyulitkan guru.
Prosedur dalam pelaksanaan identifikasi yaitu:
1.      Kegiatan menghimpun data tentang anak
2.      Kegiatan menganalisis data/melakukan klasifikasi anak
3.      Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
4.      Menyelenggarakan pertemuan kasus
5.      Menyusun laporan hasil pertemuan kasus
Tindak lanjut kegiatan identifikasi
1.      Perencanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa
Mencakup:
a.       Menetapkan bidang-bidang atau aspek masalah belajar yang akan ditangani.
b.      Menetapkan pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif atau kompetitif, dll.
c.       Menyusun program pembelajaran individual.
2.      Pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkesulitan belajar sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan anak tidak dapat dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru. Program bersifat fleksibel.
3.      Pemantauan kemajuan belajar/evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi berkesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/ bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu dimantapkan, tetapi jika mengalami kemunduran perlu diadakan peninjauan kembali.

1 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum bu, saya izin copas ya bu untuk saya pelajari,

    BalasHapus