NAMA : ERIC SUWARDANI
NIM : 08103244029
PRODI : PLB B
MK :P.ABBS
TES
KEMAMPUAN DASAR ANAK PRA-SEKOLAH (0-6 tahun)
Anak usia prasekolah merupakan masa peka terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Pada
usia ini perkembangan intelektual telah terbentuk di atas 50%. Jika orangtua
gagal memberikan stimulasi secara baik di usia ini, maka perkembangan anak
selanjutnya berpotensi mengalami problema dalam belajar.
Pada tahap usia 0-6 tahun, anak berada pada tahap
sensori-motorik dan pra-operasional. Pada tahap awal sensori-motorik, anak
(bayi) telah mulai berkomunikasi dengan lingkungan lewat eksplorasi
sensori-motorik yang melibatkan seluruh indera dan gerak. Misalnya: memasukkan
makanan ke dalam mulutnya. Pada masa berikutnya pra-operasionalnya meskipun
pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas
fisik, namun kemampuan abstraksinya
mulai tumbuh sehingga memungkinkan ia untuk berpikir simbolik, sekalipun
bersifat egosentris. Ia belum memiliki pemahaman yang cukup tentang lingkungan
di luar dirinya.
Ada beberapa tes untuk anak usia prasekolah:
1.
Tes Kemampuan
Transformasi
Kemampuan transformasi atau perubahan bentuk dapat
dikenalkan pada anak prasekolah lewat eksperimen sederhana.
Contoh kegiatan: meniup balon, menuang air ke alam gelas
yang berbeda, merubah benda lunak menjadi berbagai bentuk.
2.
Tes Kemampuan
Reversibility
Yaitu tes kemampuan cara berpikir alternatif atau
bolak-balik.
Contoh kegiatannya: mengurutkan angka dari kecil ke yang
besar kemudian kembali dari angka yang besar ke
yang lebih kecil.
3.
Tes Kemampuan
Klasifikasi
Yaitu kemampuan anak dalam mengklasifikasikan
benda-benda.
Contoh kegiatannya: mengklasifikasikan warna, bentuk, dan
bahan dasar.
4.
Tes Kemampuan
hubungan asimetris
Contoh kegiatannya: menyusun balok secara urut dari yang
besar sampai ke yang kecil.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN TERKAIT DENGAN IDENTIFIKASI
ABBS DI SEKOLAH DASAR (SD)
Untuk menemukenali anak apakah mengalami kesulitan
belajar atau tidak, maka guru perlu melakukan pengamatan, penilaian, pencatatan
dan pendokumentasian secara cermat atas gejala-gejala yang nampak pada setiap
diri anak. Proses pengamatan, penilaian, pencatatan, dan pendokumentasian ini
dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk mendapatkan kesimpulan yang
tepat tentang masalah yang dihadapi oleh anak.
Mungkin masalah yang dihadapi anak cukup serius, sehingga
tingkat kontribusinya terhadap gangguan belajar sangat tinggi, tetapi mungkin
ada juga yang ringan sehingga tidak terlalu menganggu proses dan hasil belajar
anak. Pentingnya identifikasi ini diakui karena sebagai sangat vital karena jika guru membiarkan saja
masalah-masalah belajar yang dihadapi anak, maka peluang kegagalan dalam
pendidikan bagi anak yang bersangkutan menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu
informasi mengenai identifikasi ini perlu dicermati bagi setiap guru yang
menginginkan anak didiknya dapat belajar dengan lancar dan mencapai hasil yang
optimal.
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi oleh sekolah dalam rangka
menanggulangi masalah kesulitan belajar. Ada beberapa contoh alat identifikasi
untuk membantu guru dan orangtua dalam menemukenali anak yang berkesulitan
belajar, yaitu:
1.
Informasi riwayat
perkembangan anak
Informasi riwayat perkembangan anak adalah informasi
mengenai keadaan anak sejak di dalam kandungan hingga tahun-tahun terakhir
sebelum masuk SD. Informasi ini penting sebab dengan mengetahui latar belakang
perkembangan anak, mungkin kita dapat menemukan sumber penyebab problema
belajar.
Informasi mengenai perkembangan anak sangat penting bagi
guru untuk mempertimbangkan kebijakan program pembelajaran yang akan diberikan
kepada anak. Informasi perkembangan anak biasanya mencakup identitas anak,
riwayat masa kehamilan dan kelahiran, perkembangan masa balita, perkembangan
fisik, perkembangan sosial, dan perkembangan pendidikan.
Riwayat kehamilan dan kelahiran meliputi perkembangan
masa kehamilan, penyakit yang diderita ibu, usia di dalam kandungan, proses
kelahiran, tempat kelahiran, penoloong persalinan, gangguan pada saat proses
kelahiran, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan tanda-tanda kelainan pada
bayi.
Perkembangan masa balita sekurang-kurangnya mencakup
informasi mengenai lama menyusu ibu, usia akhir minum susu kaleng, kegiatan imunisasi,
penimbangan, kualitas dan kuantitas makanan pada masa balita, kesulitan makan
yang dialami dsb.
Perrkembangan fisik diperlukan terutama data mengenai
kapan anak mulai dapat merangkak, berdiri, berjalan, naik sepeda, berbicara
lengkap, kesulitan gerakan yang dialami, status gizi, dan riwayat kesehatan.
Perkembangan sosial terutama berkaitan dengan hubungan
dengan saudara, hubungan dengan teman, hubungan dengan orangtua dan guru, hobi
anak, minat khusus. Perkembangan pendidikan meliputi informasi kapan masuk TK,
berapa lama pendidikan di TK, kapan masuk SD, apa kesulitan selama di TK, apa
kesulitan selama di Sd, apakah pernah tinggal kelas, pelayanan khusus yang
pernah diberikan, prestasi belajar, mata pelajaran yang dirasa sulit dan mata
pelajaran yang disenangi.
2.
Informasi data
orangtua/wali
Sealin data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai keadaan orangtua/wali siswa yang bersangkutan. Data
orangtua/wali siswa sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai identitas
orangtua, hubungan orangtua dengan anak, data sosial ekonomi orangtua, serta
tanggungan dan tanggapan orangtua terhadap anak. Identitas orangtua harus
lengkap, tidak hanya identitas ayah melainkan juga identitas ibu.
Hubungan orangtua-anak menggambarkan sejauh mana
intensitas komunikasi antara orangtua dan anak. Misalnya apakah kedua orangtua
satu rumah atau tidak, demikian juga dengan anak. Apakah diasuh salah satu
orangtua, pembantu, atau keluarga lain. Semua kondisi tersebut mempunyai
pengaruh terhadap hasil belajar anak.
Mengenai data sosial ekonomi diperlukan agar sekolah
dapat memperhitungkan kemampuan orangtua dalam pendidikan anaknya. Data sosial
ekonomi dapat mencakup informasi mengenai jabatan formal maupun non formal ayah
dan ibu, serta besarnya penghasilan rata-rata perbulan.
Sedangkan mengennaitanggapan orangtua yang perlu
diungkapkan antara lain persepsi orangtua yang perlu diungkapkan antara lain
persepsi orangtua terhadap anak, kesulitan yang dirasakan orangtua terhadap
anak yang bersangkutan, harapan orangtua dan bantuan yang diharapkan orangtua
untuk anak yang bersangkutan.
3.
Informasi profil
(gambaran secara umum) anak berkesulitan belajar
Informasi mengenai gangguan/kelainan anak sangat penting,
sebab dari beberapa penelitian terbukti bahwa anak-anak yang prestasi
belajarnya rendah cenderung memiliki gangguan/kelainan penyerta. Tanda-tanda
kelainan atau gangguan khusus pada siswa perlu diketahui guru. Kadang adanya
kelainan khusus pada diri anak, secara langsung atau tidak langsung, dapat menjadi
satu faktor timbulnya masalah belajar. Tentu saja hal ini sangat bergantung
pada berat ringannya kelainan yang dialami serta sikap penerimaan anak terhadap
kondisi tersebut.
Dalam proses identifikasi di SD hal lain yang juga perlu
mendapat perhatian yaitu:
1.
Petugas
identifikasi
Ada beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan dalam
identifikasi anak berkesulitan belajar yaitu guru, orangtua anak dan tenaga
profesional lain (psikolog, dokter anak, neurolog, terapist, ortopedagog, dsb.
2.
Pelaksanaan
identifikasi
Kegiatan identifikasi anak berkesulitan belajar
seyogyanya dapat dilakukan secara sistematis, terencana/terprogram, terpadu dan
profesional. Artinya, semaksimal mungkin mengikuti prinsip-prinsip metodologi
yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Meskipun demikian bukan
berarti harus ketat sehingga justru menyulitkan guru.
Prosedur dalam pelaksanaan identifikasi yaitu:
1.
Kegiatan menghimpun
data tentang anak
2.
Kegiatan
menganalisis data/melakukan klasifikasi anak
3.
Mengadakan
pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
4.
Menyelenggarakan
pertemuan kasus
5.
Menyusun laporan
hasil pertemuan kasus
Tindak lanjut kegiatan identifikasi
1.
Perencanaan
pembelajaran dan pengorganisasian siswa
Mencakup:
a.
Menetapkan
bidang-bidang atau aspek masalah belajar yang akan ditangani.
b.
Menetapkan
pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk rencana pengorganisasian
siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan
di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif atau kompetitif, dll.
c.
Menyusun program
pembelajaran individual.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran
Pada
tahap ini guru melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa
berkesulitan belajar sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan anak tidak dapat dipaksakan sesuai dengan
target yang akan dicapai oleh guru. Program bersifat fleksibel.
3.
Pemantauan kemajuan
belajar/evaluasi
Untuk
mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi berkesulitan belajar
anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/
bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar,
pendekatan yang dipilih guru perlu dimantapkan, tetapi jika mengalami
kemunduran perlu diadakan peninjauan kembali.
Assalaamu'alaikum bu, saya izin copas ya bu untuk saya pelajari,
BalasHapus